Sri Mulyani Terus Mewaspadai Lonjakkan Utang-Utang Negara Lain agar Ekonomi Indonesia Tidak Terpuruk

Sri Mulyani Terus Mewaspadai Lonjakkan Utang-Utang Negara Lain agar Ekonomi Indonesia Tidak Terpuruk

Radartasik.com, Memantau perekonomian global harus selalu dilakukan oleh Kementerian Keuangan RI. Langkah tersebut penting untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.


Segala perkembangan perekonomian global dan segala bentuk kebijakan yang diambil oleh seluruh negara-negara di dunia untuk mengatasi krisis akibat pandemi Covid-19, tak luput dari pantauan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, dirinya mulai mewaspadai adanya lonjakan utang dari banyak negara. Menurutnya, hal itu perlu diwaspadai karena akan berdampak pada perekonomian Indonesia

Utang yang ditarik oleh negara lain, kata Sri Mulyani, rata-rata melonjak sekitar 60 hingga 70 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan, banyak negara-negara berkembang lainnya yang menarik utang hingga mencapai 90 persen terhadap PDB-nya.

“Ini harus diawasi agar kita bisa jaga ekonomi Indonesia. Jadi tidak terpuruk dan terkendali,” kata Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2022 secara virtual, Kamis (10/2/2022).

Sri Mulyani menjelaskan, kebijakan pemerintah suatu negara dalam mengambil langkah berhutang memang sangat wajar. Sebab, dalam menangani biaya pandemi memang membutuhkan dana yang sangat besar. Utang tersebut diutamakan untuk membantu pertahanan ekonomi agar tidak terjadi krisis yang berkepanjangan.

Indonesia sendiri, kata Sri Mulyani, mulai menurunkan defisit anggaran, dan berharap akan kembali ke batas di bawah 3 persen dari PDB pada 2023 mendatang, sehingga ruang fiskal negara atau APBN dapat sehat kembali.

“Indonesia tambah 10,8 persen defisitnya, ini besar untuk kita karena debt to PDB rasio mendekati 40 persen. Jadi naik 30 persen sendiri dari level sebelum Covid-19,” ucap Sri Mulyani.

Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, Sri Mulyani menambahkan, ada beberapa negara lain yang angka defisitnya bahkan melebar lebih dari 10 persen. Seperti Singapura naik 13 persen, Saudi Arabia naik 14 persen, Afrika Selatan naik 19 persen, Brasil 19 persen, dan India naik 24 persen hanya dalam kurun waktu 2 tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: