Mengenang Murid SD di Purbaratu, Kota Tasik yang Meninggal Usai Divaksin: Gembira Saat Divaksin, Naik Angkot Bareng Teman-Temannya
Reporter:
Usep Saeffulloh|
Selasa 18-01-2022,13:00 WIB
Radartasik.com Di depan para wartawan yang mendatanginya, Selasa (18/1/2022) siang, Jajang Suhendar (50), perwakilan keluarga mengenang keponakannya yang kini telah tiada.
Keponakannya itu masih kelas V di salah satu SD di Kecamatan
Purbaratu, Kota Tasikmalaya. Usianya baru 10 tahun. Dia anak pertama pasangan Dede Budiman (40) dan Eka Rosita (35).
Mereka tinggal di Kelurahan Sukanagara, RT02, RW01, Kampung Sukasirna, Kecamatan
Purbaratu, Kota Tasikmalaya.
Kini keponakannya itu telah tiada. Jenazah D Senin (17/1/2022) malam telah dimakamkan di pemakaman umum setempat.
"Kami pihak keluarga menerima kejadian ini sebagai takdir dari Allah Subahahu Wata'ala," ujarnya yang ditemui wartawan di rumah duka, Selasa (18/01/2022) siang.
Di mata Jajang, keponakannya adalah anak yang periang. Bahkan, sebelum divaksin, kondisi kesehatannya tak terlihat sedang sakit. Saat berangkat divaksin, D tak mau diantar orang tuanya.
"Ponakan saya pergi divaksin bersama teman-temannya naik angkot ke sekolah. Dia sangat semangat divaksin," ujar Jajang.
Dia berangkat dari rumahnya sendirian naik angkot tak mau dianter saking gembiranya ingin divaksin.
"Pasca
vaksin itu (Sabtu, 15/01/2022) ponakan saya dalam keadaan sehat," sambungnya.
Usai divaksin, D sempat bermain dulu di pekarangan rumahnya sampai sore jam 17.00 WIB. Lalu jam 17.30 WIB oleh orang tuanya dimandikan.
"Jadi tak ada reaksi apapun pasca divaksin dan dalam keadaan sehat,” ujar Jajang.
“Keluarga saat ini secara bathin masih berduka. Namun intinya kedua orang tuanya menerima hal ini dengan lapang dada. Karena ini sudah menjadi suratan dan takdir dari sang maha kuasa," beber Jajang.
Sebelum dibawa ke rumah sakit, Minggu (16/01/2022), keponakannya sekitar habis magrib sempat dibawa ke Puskesmas
Purbaratu. Lalu belum ada reaksi apa-apa. "Kemudian dirujuk ke RSUD (Dokter Soekardjo),” ujarnya.
“Harapannya mohon doa semoga ponakan saya jadi ahli surga diterima amal ibadahnya. Mohon doa juga untuk yang ditinggalkannya diberikan kekuatan, ketabahan dan ketawakalan," ujarnya.
Rombongan para wakil rakyat itu tiba di rumah duka sekira pukul 10.30 WIB. Jajang menerima kunjungan para wakil rakyat.
"Kami berduka atas adanya kejadian ini. Kejadian ini lebih ke medis ya kita tak bisa ikut campur dalam hal tersebut," ujar Sekretaris
Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya, Gilman Mawardi.
"Jadi ya harus berdasarkan analisa medis yang sekarang sedang dilakukan pihak Dinkes dan RSUD. Artinya tunggu saja. Nanti kita akan lakukan pemanggilan dan tadi saya sudah minta ke Dinkes hasil pemeriksaannya segera diinformasikan ke Komisi IV," ujarnya.
Sebelum vaksinasi anak dimulai beberapa minggu lalu, kata Gilman, dewan sudah memanggil Dinkes Kota Tasikmalaya.
Saat itu dewan ingin memastikan bahwa program vaksinasi ini betul-betul bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
"Seperti vaksinasi yang dilakukan di sekolah itu sesuai aturan yang berlaku. Nanti akan kita panggil ya Dinkes dan RSUD terkait hal ini," singkatnya.
"Itu saya belum terkoordinasi dari Dinas Kesehatan, apakah itu KIPI atau bukan," kata Kepala
Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Hj Eli Suminar kepada radartasik.com, Selasa (18/1/2022).
Untuk mengetahui penyebab pastinya, kasus meninggalnya siswa SD di Kecamatan
Purbaratu tersebut, kata Hj Eli Suminar, tentunya memerlukan adanya penelusuran yang pasti.
“Untuk memastikan penyebab
meninggal dunianya, apakah karena faktor
vaksin atau bukan," kata Hj Eli Suminar.
Informasi yang diterimanya, kata Hj Eli Suminar, siswa di
Purbaratu itu
meninggal bukan karena
vaksin tetapi karena penyakit DBD.
"Itu katanya DBD, tetapi saya tetap masih menunggu hasil laporan secara resmi. Karena kita tidak bisa bergerak apapun tanpa adanya keterangan dari Dinas Kesehatan," ujar Hj Eli Suminar menegaskan.
Sebelumnya, seorang siswa kelas V salah satu SD di Kecamatan
Purbaratu Kota Tasikmalaya, D (10), sempat kritis dua hari dan
meninggal dunia usai menerima
vaksin, Senin (17/01/2022).
Siswa tersebut menerima suntikan
vaksin kesatu, Sabtu (15/1/2022) lalu dan mengalami kejang-kejang serta menurun kesadarannya hingga kritis. Dia dibawa ke RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya, Minggu (16/1/2022) malam.
Sampai akhirnya siswa tersebut
meninggal dunia di rumah sakit saat menjalani perawatan pada Senin sore (17/1/2022).
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Tasikmalaya, Uus Supangat membenarkan adanya siswa yang
meninggal dunia tersebut.
Dirinya pun sempat kaget dan segera mengecek analisa dokter terkait penyebab kematian anak tersebut usai divaksin.
"Nah ini kan yang
meninggal di RSUD pada awalnya diduga KIPI murni (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)," ujar Uus saat dikonfirmasi Selasa (18/01/2022).
Kemudian, dia datang ke RSUD diperiksa dalam kondisi kejang dan penurunan kesadaran.
"Tadi saya sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif RSUD, kemudian dengan Ketua KIPI Dokter Dani dan Dokter Idam spesialis anak menyampaikan kepada saya setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada penyakit lain yang mendasarinya," terangnya.
Uus menjabarkan, penyebab siswa itu
meninggal kalau dikenal dalam dunia medis itu disebut KIPI Koinsiden atau KIPI yang ada penyakit mendasarinya.
Yaitu, kata dia, diduga korban tersebut saat divaksinasi sedang mengalami serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) masa inkubasi.
Jadi, menurut dia, yang menyebabkan vatalitas itu belum bisa dipastikan karena imunasi. Karena ada penyakit yang mendasarinya. Dari hasil tim dokter anak di RSUD, penyebab fatalitasnya (kematian) itu karena expanded dengue atau demam berdarahnya.
"Nah, konklusi medis ini bisa diambil karena ada hasil NS1 yang positif, penanda bahwa anak tersebut terinfeksi DBD," bebernya.
Uus menambahkan, hanya secara kebetulan bahwa anak ini dua hari sebelumnya usai menerima
vaksin tak bisa disimpulkan kematiannya akibat
vaksin. Soalnya, temuan penyakit dengue ini telah menyebabkan kerusakan di beberapa organ korban.
"Yaitu ada encefalopati, kemudian kegagalan akut pada hatinya yang ditandai memang SGOT dan SGPT-nya sangat tinggi. Jadi sudah terjadi kegagalan akut pada liver ditambah encelopati. Maka artinya ekspande dengue ini terjadi pada anak tersebut yang menyebabkan fatalitasnya (kematiannya)," tambahnya.
Sehingga, Uus berharap kejadian anak
meninggal usai divaksin di Kota Tasikmalaya ini tak dinilai bahwa pemberian
vaksin bahaya oleh masyarakat.
Kejadian ini dinilai secara kebetulan bahwa korban
meninggal dengan penyakit yang mendasarinya dan usai divaksin dua hari lalu.
"Ini supaya bisa dipahami oleh masyarakat bahwa jangan sampai ada pemahaman bahwa ini karena KIPI murni atau tak ada penyakit yang mendasarinya. Atau kematiannya karena
vaksin ya, tidak seperti itu,” ujarnya.
“Walaupun dilakukan
vaksin dulu sebelum masuk rumah sakit, anak ini dari tanda-tanda laboratorium serta hasil pemeriksaan medis yang dilakukan sudah didahului oleh penyakit yang dideritanya yaitu demam berdarah," ujar Uus menjelaskan.
(rezza rizaldi / ujang nandar / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: