Ruang Publik Minim Filosofi

Ruang Publik Minim Filosofi

RADARTASIK, KOTA TASIKMALAYA – Ketika taman atau ruang hijau publik kehilangan konsep, maka rusaklah landscape suatu daerah sebagai etalase budaya.

Seperti yang terjadi di Kota Tasikmalaya sebagai etalase budaya di Priangan Timur, seyogyanya taman-taman yang ada menjadi manifestasi atau cerminan budaya.  Hal itu ditegaskan budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat. 

Menurutnya, kondisi tersebut terjadi di Kota Resik. Dimana, taman yang ada sepertinya kehilangan aura. Ia mencontohkan taman depan masjid agung dengan payung gede Songsongnya, (payung nutup) yang dulunya pemberian dari Ratu Wilhelmina. 

“Kala itu, para bupati yang berprestasi diberi simbolis penghargaan. 

BACA JUGA:Pidato Ibrahimovic di Ruang Ganti Picu Semangat Milan

Simbol prestasi dan lambang kebesaran berbentuk pin. Lalu sama para gegedén diperbesar sebagai penghormatan balik kepada yang memberi,” katanya menceritakan melalui keterangan tertulis kepada Radar, Minggu (8/5/2022).

Menurutnya, ketika sekelumit sejarah payung gede songsong direalisasikan di area terbuka, ia menilai tidak cocok. Kecuali payung itu bisa dibuka dan menjadi multifungsi, tatkala hujan atau dijadikan tempat berteduh masyarakat yang ada di lokasi itu.

“Seandainya payung gede songsong dipasang di pusat pemerintahan atau di ruangan-ruangan kedinasan, mungkin auranya akan lebih terasa bahwa ia memiliki daya magnet lain,” katanya mendeskripsikan. 

BACA JUGA:H Nanang Sudarna, Ayahanda H Budi Budiman, Mantan Wali Kota Tasikmalaya Meninggal Dunia

Tidak hanya di lokasi taman kota. Alun-alun yang belakangan ini dihiasi gemerlap cahaya dikala malam sepintas terkesan seperti ajang bermain anak.

“Padahal di sudut taman ada panggung terbuka, kenapa itu tidak diberdayakan. Kepada dinas yang mengurusi taman jangan tanggung kalau menggarap taman, kelihatan ini all out berkesan pencitraan saja,” keluh pengurus DKKT itu.

Dia menyarankan, sesekali pemkot menjadwalkan agenda diskusi. Mulai urusan politik, hukum dan sosial sekaligus pembelajaran untuk masyarakat.

Jangan sampai, kata dia, arogansi dinas yang dimuculkan tatkala pemerintah melakukan dekorasi perkotaan hanya sekadar infrastruktur saja tanpa menyentuh kearifan atau filosofi. 

BACA JUGA:IKN Mendongak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: