Kisah Bocah Yatim Piatu Diangkat Jadi Anak Asuh oleh Kapolres, Ayah-Ibunya Meninggal Karena Covid-19

Kisah Bocah Yatim Piatu Diangkat Jadi Anak Asuh oleh Kapolres, Ayah-Ibunya Meninggal Karena Covid-19

Radartasik.com, SUKOHARJO — Ashar Al Ghifari Putra Setiawan (8) kini tinggal sebatang kara. Pasalnya belum lama ini ayah dan ibunya, yakni Budi Setiyawan (42) dan Haryati (27) meninggal dunia lantaran terpapar Covid-19.

Nah, pada Selasa (27/07/2021) kemarin bocah yatim piatu tersebut diangkat sebagai anak asuh Polres Sukoharjo.


“Kami mendapatkan informasi dari masyarakat ada warga kami, seorang anak yang menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal terpapar Covid-19 dalam waktu hampir bersamaan. Kami sepakat mengangkat dia sebagai anak asuh,” kata Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho seperti dilansir Radar Solo, Rabu (28/07/2021).


Bocah yang kini duduk di kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Sukoharjo ini diundang ke Mapolres Sukoharjo. Dia datang ke mapolres didampingi budenya, Eni Sulistiyowati.


Ghifari sebelumnya dijemput Babinkamtibmas Kelurahan Sukoharjo dari rumahnya di Kelurahan/Kecamatan Sukoharjo, yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari mapolres.


Bocah 8 tahun itu tampak senang saat diberi sejumlah hadiah mobil-mobilan dan perlengkapan sekolah, juga sejumlah uang dari kapolres. Sedangkan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho tampak berkaca-kaca saat memberikan barang-barang tersebut kepada Ghifari.


“Cita-cita Ghifari pengin jadi apa?” tanya Kapolres.


“Polisi,” jawab Ghifari.


Jawaban Ghifari langsung diamini oleh semua orang yang hadir.


Kapolres berpesan kepada babinkamtibmas untuk memantau kebutuhan Ghifari. Baik kebutuhan sekolah maupun sehari-hari.


Pihak Polres Sukoharjo berkomitmen akan selalu mendukung pembiayaan Ghifari baik dari internal polres maupun mengakomodasi dukungan dari pihak dan instansi yang lain.


“Hasil swab Ghifari negatif, saat kedua orang tuanya sakit, dia tinggal bersama budenya,” ujarnya.


Sambil terbata-bata, Eni Sulistiyowati mengatakan, kedua orang tua Ghifari meninggal hanya berselang dua hari. Sedangkan kakeknya meninggal di hari yang sama dengan ayahnya.


Kisah memilukan ini berawal dari Haryati yang mengaku tidak enak badan. Ia mengira hanya masuk angin biasa.


“Saya tanya keadaannya bagaimana katanya sudah baik, tidak sesak juga, tetapi semakin ke sini kondisinya drop. Lalu dibawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sukoharjo. Namun, di sana tidak ada oksigen jadi saya bawa ke RSUD Ir Soekarno,” katanya.


Sambil sesekali menyeka air matanya, Eni menceritakan, saat dibawa ke RSUD Ir Soekarno Sukoharjo, saturasi oksigen dalam darah hanya 44. Sehingga disarankan ke rumah sakit di wilayah Kota Solo.


Akhirnya Haryati dirawat di RSUD Dr Moewardi Surakarta setelah dinyatakan terkonfirmasi positif virus Covid-18. Haryati kemudian mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan virus korona pada Rabu (21/07/2021).


“Setelah ibunya (Haryati) meninggal, menyusul kakek Ghifari (Sutrisno) terkonfirmasi positif virus Covid dan dirujuk ke RSUD Ir Soekarno. Selang dua hari dirawat, tepatnya Jumat (23/7), juga meninggal,” katanya.


Lalu, pada hari yang sama, ayah Ghifari juga mengalami gejala batuk, demam, dan sesak napas. Saat dibawa ke RS, dia dikembalikan ke rumah karena kondisi rumah sakit penuh pasien.


Padahal, saat itu kondisi dia mengalami penurunan saturasi oksigen dalam darah sudah diangka 72. Saat dibawa ke rumah itulah nyawanya tidak tertolong. “Sekarang, Ghifari akan tinggal bersama saya,” kata Eny. (iwan/bun/jpnn)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: