Ratusan Anak di Kota Tasik Terpapar Covid-19

Ratusan Anak di Kota Tasik Terpapar Covid-19

radartasik.com, TASIK - Penularan Covid-19 tidak mengenal usia, dari mulai balita hingga lansia. Namun demikian, kelompok anak dan remaja lebih mampu bertahan di tengah pusaran wabah.


Kabid Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Asep Hendra menyebutkan banyaknya klaster keluarga menunjukkan banyaknya anak yang terkonfirmasi positif. Jumlahnya sudah ratusan lebih pasien positif Covid-19 dengan usia di bawah 10 tahun. ”Usia di bawah 1 tahun saja jumlahnya sudah 145,” ungkapnya kepada Radar, kemarin.

Namun demikian, kelompok anak cenderung lebih mampu bertahan di tengah wabah. Selama pandemi Covid-19, pasien positif untuk usia 1 - 19 tercatat tidak ada kasus kematian. ”Kita lihat anak lebih mampu survive,” ujarnya.

Disinggung penyebab kemampuan bertahan anak, menurutnya karena daya tahan tubuh mereka tergolong lebih bagus di banding orang dewasa terlebih lansia. Ditambah, mental anak menghadapi pandemi ini cenderung lebih tenang. ”Bisa jadi kalau orang dewasa kan beban pikirannya lebih berat, soal ekonomi keluarga dan lain-lain,” tuturnya.

Adapun kasus kematian pada anak, beberapa yang terjadi pada usia di bawah 1 tahun. Itu pun karena kondisi bayi yang memang tidak sehat saat lahir. ”Total ada tiga anak di bawah 1 tahun yang meninggal,” tuturnya.

Meski demikian, para orang tua bukan berarti boleh membiarkan anaknya keluyuran seenaknya. Pasalnya, mereka tetap bisa tertular dan menularkan virus kepada orang lain. ”Justru anak-anak itu kita sebut super spreader, yang mempercepat penularan,” terangnya.

Tidak sedikit kasus positif Covid-19 lansia yang meninggal dengan indikasi tertular dari anak-anak. Pasalnya, ketika anak terpapar virus, jarang menunjukkan gejala yang bisa lebih diwaspadai khususnya anak di atas 1 tahun.

”Misal ada anak kecil terkonfirmasi positif, main ke nenek atau kakeknya, mereka bisa tertular dan membahayakan kakek neneknya,” jelas dia.

Pada prinsipnya, lanjut dr Asep, para orang tua harus tetap membiasakan kepada anak untuk menerapkan protokol kesehatan. Hal ini demi keselamatan orang dewasa dan lansia di lingkungannya. ”Karena angka kematian di kita masih didominasi oleh Lansia,” katanya.

Terpisah, Kabid Pelayanan RSUD dr Soekardjo H Dudang Erawan Suseno menyebutkan bahwa di ruang isolasi memang terdapat beberapa pasien anak. Kasus ini sudah sering terjadi, namun alhamdulillah dominan bisa sembuh. ”Memang ada pasien anak, tapi mudah-mudahan semuanya bisa kembali sehat,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, tren kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Tasikmalaya selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat belum menunjukkan penurunan. Bahkan, di kota berjuluk Kota Resik ini, sempat terjadi lonjakan penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 lebih dari 126 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dr Uus Supangat menuturkan kenaikan tertinggi dalam periode terakhir cukup mencengangkan. Disebabkan masifnya klaster keluarga yang mempercepat intensitas virus memapar dari satu penderita ke penderita lain.

”Maka kami tekankan, PPKM Darurat ini belum berjalan maksimal, dimana yang terpenting itu mobilitas masyarakat dibatasi, tapi sekarang kondisi di lapangan masih ditemukan jalanan macet, saya memohon masyarakat sadar diri atas situasi ini,” tuturnya kepada Radar, Kamis (8/7/2021).

Menurut dia, selama fase 14 hari masa inkubasi dari data yang ditemukan terkonfirmasi positif Covid-19 sebelum PPKM Darurat masih terus berangsur naik. Terutama petugas tracing dan tracking yang masif melakukan pelacakan sebaran kasus, di samping banyak kasus baru bermunculan diluar kasus yang sedang dilacak terhadap kontak erat dari suatu kasus terkonfirmasi positif.

“Nah di situ kenapa PPKM Darurat ini tujuannya tidak hanya membatasi kendaraan, tapi orang-orangnya, kita lihat malah pada jalan kaki ke pusat kota. Ini mohon kalau tidak ada kebutuhan mendesak sebaiknya di rumah saja,” kata Uus mengeluhkan.

Mantan Kepala Puskesmas Purbaratu itu menjelaskan saat ini tercatat lebih dari 1.100 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 aktif. Dimana mayoritas diantaranya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing, melalui pengawasan Puskesmas dan Satgas Covid-19 setempat.

“Tetapi, mau kita tambah sebanyak apapun, ketika pola aktivitas dan perilakunya seperti ini akan tetap sulit dan tidak tercover. Kita sudah mengupayakan penambahan-penambahan ruang isolasi, tapi di sisi lain masyarakat juga harus jaga diri,” papar Uus.

Dia berharap masyarakat umum memahami betul esensi dari pelaksanaan PPKM Darurat. Supaya setiap ketentuannya dapat dipatuhi dengan sadar, sebab pemerintah dengan berbagai tugas dan pelayanan sudah berupaya semaksimal mungkin.

“Secara bertahap kuota bed rawat isolasi terus kita tambah, bahkan kami sudah meminta Pak Plt wali kota menerbitkan langsung imbauan bagi rumah sakit-rumah sakit menambah kapasitas isolasinya masing-masing. Namun, mohon masyarakat tetap perhatikan prokes,” harapnya.

Berdasarkan data update Covid-19 Kota Tasikmalaya, tercatat penambahan sebanyak 68 kasus aktif kategori simptomatik, serta 53 kasus aktif dari asimptomatik. Secara kumulatif kasus aktif yang terjadi di Kota Resik sampai dengan Kamis 8 Juli 2021, sebanyak 1.327 kasus.

Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya H Ivan Dicksan mengatakan berdasarkan evaluasi terakhir, Kota Resik masih rendah dalam menekan laju mobilitas masyarakat. Maka, sejumlah penyekatan jalan diterapkan dan menggencarkan patroli melalui satgas lapangan yang terdiri dari gabungan instansi penegak hukum.

“Sambil disekat, kita kurangi juga akses masyarakat masuk ke pusat kota. Sebab, evaluasi terakhir kita masih dibawah 20 persen dalam menekan mobilisasi publik. Sehingga kita gencar ingatkan warga dan tutup pusat kota, Kamis depan (8/7/2021) akan evaluasi kembali oleh Menko Maritim dan Investasi,” ujar Ivan.

Menurut Ivan, pemerintah pusat memantau laju mobilisasi masyarakat langsung melalui satelit. Lewat kecanggihan teknologi tersebut, monitoring pelaksanaan PPKM Darurat benar-benar diawasi secara serius, sebagai bentuk upaya dalam menekan angka sebaran kasus dan peningkatan jumlah warga terpapar Covid-19.

“Jadi dipantaunya pakai satelit, maka kita tidak bisa berdalih apapun, dipantau langsung oleh teknologi canggih. Mohon publik memahami kita sudah berupaya persuasif sedari awal, maka sekarang tidak ada alasan jika tidak tegas,” paparnya. (rga/igi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: