PPP Kabupaten Tasik Mengkhawatirkan, Perlu Strategi dan Gagasan

PPP Kabupaten Tasik Mengkhawatirkan, Perlu Strategi dan Gagasan

radartasik.com, SINGAPARNA — Kondisi PPP saat ini dinilai para kader senior sudah mengkhawatirkan. Artinya perlu strategi dan gagasan yang jitu supaya partai berlambang Kakbah ini kembali berjaya di setiap event pemilu. Hal itu diungkapkan Bupati Tasikmalaya Periode 2001-2006 dan 2006-2010 dari PPP, Dr H Tatang Farhanul Hakim MPd kepada Radar, Kamis (8/7/2021).


Menurut dia, kondisi PPP di daerah termasuk Kabupaten Tasikmalaya tetap dipengaruhi peta partai politik di pusat. “Pengurus PPP dari pusat tidak ada yang sifatnya konsolidasi, harusnya dari pusat itu ada rekonsiliasi secara nasional yang harus diikuti oleh semua tingkatan kepengurusan DPP, DPW, DPC sampai ke tingkat ranting,” ujarnya, menjelaskan.

Sementara itu, kata dia, sampai saat ini belum ada rekonsiliasi yang dilakukan oleh PPP dari pusat sampai ke ranting. Sehingga terlihat tidak ada itikad baik untuk kembali membesarkan PPP. “Saya lihat di pusat terlihat pengurus mempunyai persepsi yang berbeda,” kata dia.

“Ada yang sudah merasa besar sendiri, sudah melupakan hajat umat. Yang harus diketahui bahwa PPP itu merupakan partai ideologis islami. Sementara dicontohkan oleh pengurus pusatnya “tidak baik”,” kata dia, menambahkan.

Maka dari itu, terang dia, yang harus dilakukan oleh pengurus PPP di daerah termasuk di Kabupaten Tasikmalaya adalah mengonsolidasikan kepengurusan dan menyamakan persepsi serta harus dimulai oleh pengurus partai di pusat.

“Jadi tidak bisa hanya daerah, karena partai itu sifatnya nasional bukan lokal. Maka kalau ingin PPP Kabupaten Tasikmalaya bisa meraih kursi banyak dan memimpin, harus kembali ke sejarah PPP,” katanya.

Sejarahnya, ungkap dia, PPP itu partai religius islami dan partai ideologis. Kemudian bagaimana cara memelihara basis pemilih tradisional, menanamakan kepercayaan terhadap calon pemilih dan para pengurusnya memberikan contoh yang baik.

Dia menambahkan, jika PPP di Kabupaten Tasikmalaya tidak mampu mengembalikan PPP seperti dulu mempunyai histori kuat pemilih tradisional, mendekatkan diri kepada masyarakat, bisa saja PPP ini terus menurun eksistensinya di pemilu.

“Kuncinya PPP harus mempunyai ide brilian membangun rekonsiliasi secara nasional, DPP, DPW, DPC sampai ke tingkat ranting. Agar di Pemilu 2024 nanti mampu mengembalikan eksistensinya,” tambah dia.

Wakil Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPC PPP Kabupaten Tasikmalaya H Apip Ipan Permadi SPdI MIpol menjelaskan, yang dilakukan saat ini untuk menghadapi Pemilu 2024 terus melakukan konsolidasi sampai ke tingkat ranting.

“Tentu saja kita ketahui Pemilu 2019 lalu, merupakan pemilu yang bisa terjun bebas di kota/kabupaten di Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Tasikmalaya, kita dari sembilan kursi target naik dua digit, tidak tercapai,” ujar Apip.

Maka dari itu, kata dia, menyiapkan barisan untuk menghadapi Pemilu 2024 yang menjadi pertaruhan bagi PPP secara nasional serta Jabar. “Biasanya kalau Jabar bagus, secara nasional pun juga bagus, jadi tolak ukur kita perbaiki di tiga tahun menuju Pemilu 2024,” ujarnya.

Caranya, ungkap dia, mengonsolidasikan kekuatan kader di masing-masing daerah, dari tingkat DPC, PAC sampai ke ranting, termasuk memaksimalkan peran anggota DPRD dari PPP atau legislatif di daerah pemilihan (dapil)-nya.

“Kita menyusun kekuatan kembali supaya 2024, PPP bisa kembali mendapatkan raihan suara dan kursi seperti sebelumnya bahkan lebih. PPP bisa kembali berjaya dengan suara terbanyak dan menang di event politik nasional maupun di daerah,” katanya.

Apip pun mengakui, kondisi saat ini di DPP PPP di pusat memang cukup berpengaruh terhadap PPP di daerah. Seperti halnya kampanye di tingkat daerah banyak dipengaruhi oleh kampanye PPP di pusat.

“Tentu saja apa yang terjadi di pusat berpengaruh. Akan tetapi kembali lagi bagaimana kita di daerah menyikapinya. Bisa mengolah sesuatu yang menjadi isu nasional, diolah di daerah dengan baik,” paparnya.

Kata dia, mempertahankan dan memelihara basis pemilih PPP baik pemilih tradisional yang loyal, maupun saat ini pemilih pemula atau millenial yang saat ini lebih dari 60 persen di Pemilu 2024 juga harus diraih dan dijaga.

“Karena kalau kita sekarang hanya mengandalkan basis pemilih tradisional, dengan cara tradisional juga zaman sudah berubah. Kita harus tetap mengikuti perkembangan, salah satunya merangkul pemilih millenial di daerah, merebut hatinya untuk membangun daerah bersama PPP,” tambahnya.

Termasuk, tambah dia, penguatan konsolidasi DPC, PAC, ranting termasuk di PPP ada kelompok kerja (Pokja) di setiap kedusunan. “Dan organ-organ ini yang akan kita hidupkan dan digerakkan, membesarkan PPP,” ungkap nya. (dik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: