Covid-19 di Kabupaten Tasik Meningkat, Kamar Isolasi Penuh, APD Habis
Reporter:
syindi|
Jumat 25-06-2021,13:30 WIB
RADARTASIK.COM, SINGAPARNA — Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) H Uu Ruzhanul Ulum meninjau Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Singaparna Medika Citrautama (SMC), Kamis (24/6/2021). Orang nomor dua di Jawa Barat itu mengecek penanganan dan perawatan pasien Covid-19.
Di sana Uu melihat ketersediaan ruang isolasi perawatan bagi pasien Covid-19. Juga mengumpulkan informasi terkait melonjaknya kasus Covid-19 dan kekurangannya alat pelindung diri (APD) di rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Tasikmalaya.
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari RSUD SMC, kata dia, kasus pasien yang terkonfirmasi Covid-19 meningkat. Tempat isolasi atau tempat tidur pasien pun penuh. Akibatnya sebagian pasien yang tidak bergejala berat disarankan isolasi mandiri di rumah.
“Kami juga sarankan ketika ada pasien Covid-19 yang CT-nya atau ukuran gejala Covid-19-nya mulai membaik segera dipulangkan untuk isolasi mandiri di rumah,” kata Uu kepada wartawan di usai meninjau RSUD SMC kemarin.
Uu juga meminta, pasien yang tidak bergejala berat jangan langsung dibawa ke rumah sakit. Disarankan ke puskesmas-puskesmas terlebih dahulu. “Alhamdulillah di Kabupaten Tasikmalaya ini sudah mulai dilakukan,” ungkapnya.
Uu meminta agar insan kesehatan, rumah sakit, puskesmas maupun pemerintah daerah setempat sigap, sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Munculnya peningkatan kasus Covid-19 karena masyarakat saat ini tingkat kesadarannya sudah tinggi. Ketika terasa gejala sedikit ingin ditindak atau diperiksa,” ujarnya.
Dengan ketersediaan swab PCR dan rapid antigen di daerah, kemudian dengan stretching dan pemeriksaan kesehatan terhadap masyarakat, otomatis banyak ditemukan yang reaktif atau bahkan terpapar positif Covid-19.
“Di balik itu semua saya menganggap kesadaran masyarakat yang semakin meningkat ini ada baiknya, sadar memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas. Sehingga lebih waspada terhadap penyebaran Covid-19,” kata Uu.
Maka dari itu, tambah dia, dengan penerapan protokol kesehatan dan pelaksanaan vaksin, kemudian bersama-sama semua pihak, pemerintah, masyarakat, dinas terkait, dokter dan rumah sakit, Covid-19 bisa dicegah.
Dia menambahkan ketika daerah mempunyai keluhan kekurangan, seperti dalam penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan, baik di rumah sakit atau puskesmas bisa dikoordinasikan dengan pemerintah provinsi.
“Karena kami juga sedang merefocusing anggaran, termasuk untuk penanganan Covid-19. Termasuk perhatian untuk honorer atau insentif tenaga kesehatan,” tambah dia.
Direktur RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya dr Iman Firmansyah MMKes mengatakan lonjakan kasus Covid-19 memang karena stretching yang dilakukan dengan rapid antigen cukup masif. “Baik dilakukan di puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat pertama termasuk rumah sakit dilakukan,” kata Iman.
Sehingga ketika reaktif, ungkap dia, masyarakat muncul kesadaran ingin dirawat atau diperiksa, bahkan merasa positif Covid-19. Padahal belum di-swab PCR, sehingga terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Dia pun mengakui kini ketersediaan tempat isolasi bagi pasien Covid-19 hampir penuh. Sehingga dipilah mana yang gejalanya tidak berat, maka disarankan isolasi mandiri di rumah.
Kepala Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk (DKPP) Kabupaten Tasikmalaya dr Heru Suharto MMKes mengakui ketersediaan APD masih tercukupi walaupun sudah mulai menipis.
“Insya Allah dalam beberapa hari ke depan akan ada pengadaan APD, terutama bagi petugas kesehatan di puskesmas. Kami juga mendorong ketika ada kekurangan APD, pihak puskesmas bisa melakukan pengadaan sementara,” ungkap dia.
Disamping itu, kata dia, DKPP juga terus berupaya dan menunggu terkait insentif nakes dari pemerintah provinsi Jawa Barat turun. “Sama dengan kota/kabupaten lainnya kita sedang menunggu,” paparnya.
(dik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: