Muncul Lagi Lumpur Panas di Cirebon, Puluhan Burung Mati

Kamis 03-06-2021,12:15 WIB
Reporter : ocean

RADARTASIK, CIREBON — Tim Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Barat mendatangi Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon pada Rabu (02/06/2021).

Kedatangan tim untuk melihat langsung semburan lumpur panas, menganalisa penyebab dan dampak yang ditimbulkan.

Usai peninjauan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon Dr Deni Nurcahya ST mengatakan penyebab pasti semburan lumpur tersebut masih dalam kajian dan analisa pihaknya dan tim dari ESDM.

Sampel dari semburan lumpur pun sudah diteliti dan dibawa untuk diperiksa di laboratorium di Bandung.

”Hasil kajiannya seperti apa, itu yang akan kita jadikan pijakan untuk melangkah,” ujarnya.

Diterangkannya, sejauh ini dampak yang paling dirasakan dari lokasi tersebut adalah bau menyengat. Sehingga, dia mewanti-wanti agar masyarakat tidak berada di sekitar lokasi semburan lumpur.

”Kalau dampak secara langsung yang dirasakan mungkin baru bau menyengat saja. Ada burung-burung yang mati ditemukan di sekitar lokasi,” kata dia.

Dia belum tahu apakah karena bau menyengat itu atau burung-burung itu mati karena minum air dari luberan semburan lumpur.

Masih dari lokasi semburan, Kasubag TU Cabang Dinas ESDM Wilayah 7 Jawa Barat Arif Budiman mengatakan akan dilakukan identifikasi, terutama unsur kimia.

Untuk kemarin, pihaknya hanya melakukan pengambilan sampel batuan, air, dan pengukuran suhu menggunakan mesin pengukur suhu. Dan kemudian selanjutnya akan dilakukan penelitian.

”Kami melingkari tempat untuk melihat sejauh mana pergerakan uapnya. Diukur suhunya. Kemudian diambil sampel batuan dan airnya. Sehingga kami akan melakukan uji laboratorium,” ujar Arif.

Dia menduga bahwa semburan lumpur ini berbahaya. Terutama ketika melihat ada hewan yang mati di sekitar semburan lumpur.

Tahun 2014, dia telah melakukan penelitian wilayah kerja pertambangan dan panas bumi di tempat ini.

”Melihat di lingkungan ada hewan yang mati, secara otomatis berbahaya. Kita tunggu hasilnya. Dari data kami juga 2014 ada penelitian wilayah kerja pertambangan dan panas bumi di sini. Hasilnya belum diketahui. Hanya informasi awal saja. Kami akan sinkronkan kenapa tidak diteruskan,” tambah Arif.

Sementara Kuwu Cipanas Maman Sudarman mengatakan semburan lumpur tersebut sudah ada sejak ia lahir tahun 1970. 

Bahkan, dia hampir setiap hari bermain di sekitaran semburan lumpur tersebut. Menurut tetua dulu, konon juga semburan itu jika ditutup, Gunung Ciremai bisa meledak.

Tags :
Kategori :

Terkait