Operasional angkutan bus di wilayah Tasikmalaya dipastikan berhenti, pasca adanya larangan mudik pada tanggal 6-17 Mei 20201.
Manajer Operasional PO Bus Budiman, Ahmad Lujen mengatakan pihaknya akan menghentikan operasional semua armada bus di tanggal 6-17 Mei. Hal ini sebagaimana anjuran pemerintah terkait larangan mudik. “Mau jalan pun buat apa, toh penumpangnya enggak ada karena dilarang,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (28/4/2021).
Begitu juga untuk PO Bus Primajasa yang sudah mengumumkan pemberhentian operasi itu melalui akun instagram @Primajasagroup_id. Bus baru akan beroperasi kembali pada tanggal 22 Mei 2021 dengan prosedur ketat sesuai edaran Satgas Covid-19.
Hal itu diakui oleh Manajer Wilayah PO Primajasa Tasikmalaya, H Beny Bunyamin. Dia menegaskan pihaknya sementara tidak melayani penumpang selama masa larangan mudik. “Iya di-stop,” singkatnya.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Tasikmalaya, Irwan Nur Komara mengatakan sejak dirinya sudah curiga akhirnya akan seperti ini (angkutan bus berhenti beroperasi, Red). ”Memang sudah tidak ada harapan untuk kita beroperasi di masa mudik,” ungkapnya.
Soal efek, tentunya perusahaan-perusahaan angkutan bus mengalami kerugian karena tidak ada pendapatan. Begitu juga dengan personel awak angkutan baik sopir, kondektur dan crew lainnya. ”Efek kerugian sudah pasti, tidak bisa dipungkiri lagi,” terang pria yang juga mengelola PO Bus Doa Ibu itu.
Saat ini, kata Irwan, pihaknya hanya bisa menuntut komitmen dari pemerintah melalui Satgas Penanganan Covid-19. Supaya larangan mudik benar-benar diterapkan secara ketat dan tidak dimanfaatkan oleh travel-travel ilegal. “Bahkan rekan-rekan awak angkutan menginginkan bisa ikut sweeping agar tidak ada travel plat hitam,” pungkasnya.
Larangan mudik dari pemerintah memberikan dampak kepada perusahaan angkutan umum khususnya bus. Bukan hanya pengelola, sopir dan kondektur pun kebingungan mencari uang menghadapi Lebaran.
Masa Lebaran biasanya menjadi waktu para pengusaha transportasi dan pekerja untuk panen rezeki. Namun dengan adanya larangan mudik, membuat suasana akan menjadi terbalik.
Seperti dikatakan sopir Bus Doa Ibu, Agus Nurjaman (35), dia mengaku bingung menghadapi Lebaran. Pasalnya, dia tidak bisa lagi mengangkut penumpang untuk mencari nafkah keluarganya. “Anak ada tiga, Lebaran mau bagaimana,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (21/4/2021).
Disinggung bantuan dari pemerintah, sejauh ini belum pernah mendapatkannya. Lagi pula, dia tidak terlalu mengharapkannya mengingat nilainya tidak akan sesuai harapan. “Tidak perlu diberi bantuan, cukup biarkan kami mengangkut penumpang,” ujarnya.
Menurut dia, pemerintah seharusnya memikirkan nasib awak angkutan umum. Jika memang tidak boleh bekerja, maka harus ada insentif pengganti penghasilan yang hilang di masa mudik. “Karena dari mana lagi saya bisa dapat penghasilan,” katanya.(rga)