Kelima, membangun mindset tumbuh (growth mindset).
Percayalah bahwa setiap anak bisa belajar, hanya cara dan kecepatannya yang berbeda.
BACA JUGA:SPPG Gunung Tandala Hadirkan Inovasi Distribusi Efisien Program MBG di Kota Tasikmalaya
Guru juga perlu menumbuhkan mindset yang sama untuk dirinya: belajar dari proses, bukan hanya mengejar hasil.
Keenam, berkolaborasi dan saling belajar antar guru.
Diskusi dengan rekan sejawat, kolaborasi lintas mata pelajaran, dan dukungan dari pimpinan sekolah akan memperkuat semangat dalam menerapkan diferensiasi.
Ketujuh, mari mulai dari langkah kecil namun konsisten.
BACA JUGA:Peran Besar Kader Posyandu di Balik Sukses Program Makanan Bergizi Gratis Kota Tasikmalaya
Tidak perlu menunggu sempurna. Mulailah dari satu aspek diferensiasi, evaluasi hasilnya, lalu kembangkan secara bertahap.
Merancang pembelajaran terdiferensiasi sejatinya adalah proses menjadi guru yang lebih manusiawi.
Seorang guru yang tidak sekadar mentransfer pengetahuan, tetapi memahami bahwa setiap anak punya cara, waktu, dan jalan sendiri untuk tumbuh.
Ketika guru berani melihat keberagaman sebagai anugerah, dan menjadikannya dasar dalam merancang pembelajaran, di situlah nilai sejati pendidikan berpihak pada murid.
Diferensiasi bukan sekadar strategi mengajar ia adalah wujud kasih sayang dan kepedulian seorang pendidik terhadap kehidupan yang sedang bertumbuh di hadapannya.
Guru sejati bukan hanya mengajar, tetapi menuntun setiap anak menemukan jalannya untuk belajar. (*)