Gedung Putih menyatakan kepuasannya atas langkah tersebut, sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyerukan agar semua pihak menyelesaikan perbedaan secara damai.
Tiongkok dan Rusia, sekutu Korea Utara, juga menyuarakan kekhawatiran atas situasi politik yang berkembang di Korea Selatan.
Langkah kontroversial Presiden Yoon ini terjadi di tengah ketegangan politik yang dipicu oleh perselisihan mengenai anggaran negara.
Oposisi sebelumnya memotong sekitar 4,1 triliun won (setara $2,8 miliar) dari anggaran yang diusulkan pemerintah, termasuk dana cadangan dan anggaran kegiatan kepresidenan.
Popularitas Yoon terus merosot dalam jajak pendapat terbaru. Vladimir Tikhonov, seorang profesor studi Korea, menyebut tindakan Yoon ini sebagai "upaya untuk memutar balik waktu," dan menilai bahwa masyarakat sipil kini sulit menganggapnya sebagai presiden yang sah.
Dengan tekanan publik yang meningkat, seruan mundur dari oposisi posisi Yoon sebagai presiden tampak semakin goyah.
Krisis ini menjadi salah satu ujian terberat bagi demokrasi Korea Selatan dan masa depan politik Yoon Suk-yeol.