Pasundan Istri Tekankan Pentingnya Melestarikan Tari Jaipong Klasik, kenapa?

Selasa 01-10-2024,16:00 WIB
Reporter : Ayu Sabrina
Editor : Rezza Rizaldi

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Tari Jaipong yang dikenal sebagai bagian penting dari identitas budaya Sunda mulai ditinggalkan, khususnya dalam bentuk klasiknya. 

Masyarakat dan sanggar tari lebih banyak mengadopsi kreasi modern untuk menarik minat generasi muda. 

Namun, kelompok wanita Pasundan Istri (PASI) Kota Tasikmalaya mencoba melestarikan Jaipong klasik melalui penyelenggaraan Pasanggiri Jaipong dengan pakem tradisional.

Ketua PASI Kota Tasikmalaya, Dra Hj Elin Herlina MPd, mengungkapkan tantangan dalam mencari peserta lomba yang mengikuti pakem klasik. 

BACA JUGA:Lomba Hafalan Teks Pancasila, Upaya Kemenag Tasikmalaya Tanamkan Nilai Nasionalisme Sejak Dini

Dari awalnya 50 pendaftar, hanya 19 anak berusia 7-12 tahun yang ikut berkompetisi pada Minggu 29 September 2024.

"Setelah dijelaskan bahwa lomba ini menggunakan pakem tari Jaipong klasik, banyak yang mundur. Awalnya ada 50 orang yang berminat, tapi saat dijelaskan penilaiannya berdasarkan pakem klasik, hanya dua yang mendaftar. Akhirnya kami harus berkeliling ke sanggar-sanggar untuk mencari peserta," ungkap Elin.

Elin menambahkan, banyak peserta yang merasa tidak percaya diri karena kesulitan mengikuti gerakan Jaipong klasik yang menggunakan lagu "Daun Pulus Keser Bojong," yang dianggap sangat unik dan sulit.

"Saya melihat banyak kesalahan, terutama pada penggunaan kostum. Banyak yang memakai sanggul Jawa, padahal seharusnya menggunakan sanggul Sunda. Ini menunjukkan bahwa minat terhadap Jaipong klasik memang kurang, anak-anak sekarang lebih tertarik pada versi kreasi," tambahnya.

BACA JUGA:Mengganggu Pengguna Jalan Kota Tasikmalaya, Puluhan Motor Berknalpot Bising Diamankan Tadi Pagi

Elin berharap melalui lomba ini, masyarakat dapat lebih mengenal dan melestarikan budaya Sunda, terutama Jaipong klasik. 

"Kami ingin mengingatkan kembali pentingnya melestarikan budaya asli, bukan hanya mengadopsi yang modern. Meski peserta sedikit, yang penting sanggar-sanggar memahami pentingnya pakem klasik ini," jelasnya.

Sementara itu, ketua pelaksana kegiatan, Anne Dinatapura, menjelaskan bahwa Pasanggiri Jaipong merupakan bagian dari rangkaian acara kebudayaan lainnya, seperti pinton anggon kebaya Sunda, lomba kawih, dan lomba biantara yang akan digelar pada 3 Oktober mendatang.

Dari 19 peserta yang berkompetisi, tujuh anak meraih penghargaan sebagai berikut:

BACA JUGA:Begini Detail Aksi Dramatis Penangkapan Komplotan Ganjal ATM Kata Kapolres Tasikmalaya Kota

Kategori :