RADARTASIK.COM – Saat menelusuri asal-usul catur, kita akan menemukan sebuah konsep strategi militer yang dikemas dalam bentuk permainan yang kini sering hadir dalam sebuah turnamen bergengsi.
Catur adalah permainan papan strategis yang telah menjadi salah satu permainan paling populer dan digemari di dunia.
Permainan catur dikenal dengan kecerdasan dan keterampilan strategis seseorang saat memainkannya.
Catur telah memikat penggemarnya sejak masa yang jauh ke belakang. Artikel kali ini akan membahas sejarah perkembangan catur dari masa ke masa di dunia.
BACA JUGA: Sepi Pembeli Dampak Jualan Online, 90 Ruko di Pasar Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tutup Permanen
Tidak ada catatan yang pasti tentang asal-usul catur. Namun, mayoritas sejarawan berpendapat bahwa asal muasal permainan catur ini awalnya dari India pada abad ke-6 Masehi.
Pada awalnya, permainan ini dikenal dengan nama Chaturanga yang berarti empat anggota divisi militer India, yang terdiri dari infanteri, kavaleri, gajah dan kereta.
Chaturanga menggunakan papan kotak-kotak yang diisi dengan berbagai macam bidak seperti raja, menteri, gajah, kuda, benteng dan tentara.
Permainan tersebut menyebar ke Persia (sekarang Iran) dan berganti nama menjadi Shatranj
BACA JUGA: Mengapa Literasi di Kabupaten Garut Perlu Dukungan Semua Pihak?
Penyebaran Catur ke Dunia Islam
Catur mulai masuk ke dunia Islam saat terjadi penaklukan ke Persia. Permainan ini kemudian menjadi populer di kalangan khalifah dan elite.
Keterampilan dalam bermain catur dipandang sebagai simbol kecerdasan dan kecakapan strategis.
Dikisahkan, khalifah Harun Al-Rasyid pernah mencari pemain catur yang berbakat dari kalangan rakyat, dan bagi siapa saja yang bisa menunjukkan keahliannya dalam bermain catur, sang khalifah akan memberi hadiah berupa harta kekayaan.
Buku yang membahas tentang catur mulai muncul, seperti Kitab Ash-Shatranj atau Kitab catur yang ditulis dalam bahasa Arab pada tahun 840 oleh Al-Adli Ar-Rumi (800-870).