TASIK - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut status dan kondisi Gunung Api Galunggung masih normal.
Namun ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan di kawasan Gunung Api Galunggung, maka dampak terjadi letusan lahar dan awan panas bisa melebar luas kemana-mana.
”Jadi kalau dari aktivitas kegempaannya masih didominasi gempa-gempa tektonik kecil. Kalau untuk gempa vulkaniknya masih fluktuatif terjadi,” ujar Gradita kepada Radar, Senin (29/3/2021).
Menurut dia, untuk jumlah gempa tektonik di Gunung Api Galunggung dalam sehari bisa terjadi dua sampai tiga kali. Terkadang tidak terjadi sama sekali.
”Kalau dalam hitungan satu bulan, gempa tektonik bisa sampai 50 kali. Untuk aktivitas Gunung Api Galunggug ini sebenarnya dinilai dari kegempaan vulkanik,” paparnya.
Jadi, kata dia, untuk Gunung Api Galunggung ini status kegempaan vulkaniknya jarang muncul sehingga dalam kondisi aman.
”Gunung Api Galunggung ini masih aktif, cuma aktivitas kegempaan vulkaniknya tidak menunjukkan peningkatan, jadi masih status normal,” terangnya.
Dia menjelaskan meski tingkat kegempaan vulkanik masih jarang, tetapi Gunung Api Galunggung rawan longsor pada dinding bawah kawah gunungnya.
”Pada tahun 2017 itu sempat terjadi longsor di dinding dalam kawah. Apalagi dengan intensitas hujan yang tinggi bisa menjadi pemicu, atau menjadi potensi longsor di daerah bawah kawahnya,” ungkap dia.
“Maka, ketika daerah di sekitar kawasan Gunung Galunggung sudah tidak seperti asalnya, maka lahar letusan gunung ini bisa melebar kemana-mana,” ujarnya menambahkan. (dik)
Maka dari itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Galunggung ini, mengeluarkan rekomendasi agar pengunjung tidak turun ke kawah. Longsor dinding kawah dalam Gunung Api Galunggung ini, kata dia, bisa dipicu dua faktor yakni cuaca atau hujan intensitas tinggi. ”Ditambah tingkat kemiringan lereng dinding kawah Gunung Galunggung yang terus terjadi,” tuturnya.
Dia menambahkan pemicu terjadinya letusan Gunung Api Galunggung itu ketika tingkat kegempaan vulkaniknya terus meningkat. ”Dan erupsi dari bawah magma di kawah gunung bisa menyebabkan letusan,” paparnya.
Selain itu, tambah dia, jika dari faktor lingkungan untuk menjadi pemicu meletusnya gunung memang tidak terlalu berpengaruh. Namun, ketika Gunung Api Galunggung ini meletus, pastinya ada efek ketika lingkungan di sekitarnya dinding luar gunung ada perubahan bentuk atau terjadi pengikisan, maka nanti lahar atau awan panasnya akan kemana-mana.
”Karena bentuk awal permukaan gunung nya sudah berubah, maka ketika terjadi bencana letusan gunung api Galunggung ini bisa melebar luas. Apalagi lahar ini kan cenderung mengikuti arah sungai,” ujarnya.