Menurut oppenheimer ketika air laut naik hingga 500 kaki, terjadi banjir besar yang menenggelamkan sebagian besar daratan Sundaland.
BACA JUGA: Seri Tokoh Filsafat: Kahlil Gibran dan Eksistensialisme Romantik dalam Karya-Karyanya
Banjir ini kemudian menjadi penyebab terpisahnya pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali.
Peristiwa ini terjadi pada 14.000 sampai 7.000 tahun silam, manusia Sundaland kemudian bermigrasi ke berbagai wilayah lain di dunia.
Dari sinilah mereka kemudian menyebarkan pengetahuan dan budaya mereka ke berbagai belahan dunia dan mendirikan peradaban-peradaban yang kita kenal selama ini, seperti peradaban Mesir, babylonia dan sebagainya.
Teori Oppenheimer ini memiliki kesimpulan yang berbeda bahkan berseberangan dengan teori-teori lain, seperti teori out of taiwan dan lainnya.
Karena itu teori out of sundaland menjadi teori yang kontroversial dalam dunia ilmiah, khususnya yang berkaitan dengan sejarah dan arkeologi.
Penamaan Sunda dalam Sundaland
Penggunaan istilah "Sunda" untuk menamai sundaland (paparan sunda) memiliki akar yang kuat sejak masa lampau.
Pada sekitar tahun 150 M, Claudius Ptolemy menulis buku The Geography yang menjadi catatan penting dalam sejarah penamaan wilayah ini.
Para penjelajah Eropa menggunakan catatan Ptolemy sebagai rujukan yang membantu mengidentifikasi daratan luas di sebelah tenggara.
Dalam kartografi Perancis, wilayah daratan ini juga dikenal dengan istilah "Isles de la Sonde", kata Sonde di sini juga merujuk pada kata Sunda.
Jadi, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Sundaland itu meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali, itulah sebabnya pulau-pulau itu pada masa lalu disebut juga dengan Pulau Sunda Besar dan Sunda Kecil.
Penamaan ini tiada lain karena pulau-pulau tersebut merupakan pecahan dari daratan luas tang dulunya bernama sundaland atau paparan Sunda.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan Oppenheimer ini masih menjadi sebuah teori, yang belum terbukti.