RADARTASIK.COM - Javier Zanetti ungkap kelemahan pelatih Atletico Madrid dengan mengatakan “Diego Simeone Gugup Melawan Inter Milan”.
Saat menjadi bintang tamu dalam program "Stasera C'è Cattelan" di Rai 2, Javier Zanetti mengungkapkan bahwa mantan rekannya sebagai pemain, Diego Simeone, merupakan orang yang tidak bisa tidur menjelang pertandingan besar.
Ia mengaku sudah berbicara dengan Simeone dan memastikan bahwa pelatih Atletico Madrid akan sangat gugup menghadapi Inter Milan di San Siro, tempat di mana ia pernah bermain.
“Sebagai pesepakbola, saya tidur nyenyak pada malam sebelumnya karena jika latihan persiapan pertandingan benar, kami hanya memikirkan pertandingan. Seseorang yang tidak tidur? Simeone," kata Zanetti seperti dilansir dari fcinternews.it.
"Kami sudah berkomunikasi, ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan baginya. Dia akan kembali ke San Siro untuk pertama kalinya melawan Inter. Mengetahui bagaimana perasaannya tentang pertandingan, itu akan menyenangkan,” ucapnya.
“Dia tidak akan tidur nyenyak menjelang pertandingan, Anda bisa melihat bagaimana dia merasa gugup di bangku cadangan," terangnya.
Javier Zanetti kemudian membicarakan perjalanan karirnya dan keputusan untuk pensiun, merasa sangat beruntung berada di Inter Milan.
Menurutnya, Inter Milan bukan hanya sekadar tim besar di Eropa, tetapi juga telah menjadi bagian integral dari keluarganya.
Dalam menentukan destinasi karirnya, Zanetti mengaku lebih memilih meresapi perasaan daripada mempertimbangkan aspek ekonomi, terutama ketika ia memikirkan kemungkinan menyelesaikan karirnya di Arab Saudi.
"Sejujurnya, bukan karena saya berada di Inter, saya merasa cukup beruntung bermain untuk tim Eropa yang luar biasa. Inter bukan hanya klub bagi saya, tetapi keluarga. Saya selalu memilih berdasarkan perasaan. Ada hal-hal lain yang lebih relevan daripada sekadar sisi ekonomi," jelasnya.
Mengenang sepuluh tahun lalu, ketika Zanetti datang kembali ke Inter, ia mengakui bahwa pemikiran untuk pensiun telah melintas di benaknya. Namun, Zanetti menyatakan bahwa waktu itu belum tepat untuk mengakhiri karirnya.
"Sulit, karena saat Anda merasakannya secara internal dan mengetahui apa yang ingin Anda lakukan setelah karier, pikiran Anda terarah ke masa depan, dan saya sudah mulai merencanakan langkah-langkahnya,” tuturnya.
“Setelah 41 tahun berkarir, saya merasa sudah saatnya untuk berhenti, dan penting bagi saya untuk membuat keputusan ini. Saya mungkin bisa melanjutkan, tetapi mengambil langkah ini sedikit lebih awal memberi saya kebahagiaan," ujarnya.