Iwan Imam Susilo saat itu mengibaratkan genk motor seperti sebutir telur. Ada bagian cangkang, kulit, bagian putih dan kuning telur.
Kalau melihat cangkang, kata Iwan Imam Susilo, genk motor tidak lebih aksi kenakalan remaja yang sedang mencari identitas.
Sehingga orang tua dan masyarakat pada umumnya memakluminya. Bahkan menganggap wajar ketika ada keributan antar genk motor.
Tetapi ada yang patut diwaspadai jika cangkang itu hanya kamuflase saja.
Sebab di bagian kulit telur, bagian putih dan kuninh telur ada agenda yang mengancam anak-anak genk motor itu sendiri.
Diantaranya genk motor dijadikan pasar minuman keras, judi, prostitusi, human trafficing, hingga narkoba.
Iwan Imam Susilo pun gencar menyampaikan anlisanya ke tokoh masyarakat, tokoh agama, kalangan pendidik.
BACA JUGA:Pilih Mana? 6 Merk Makanan Kucing Terbaik untuk Bulu Lebat dan Gemuk
Sepuluh tahun berlalu perkembangan genk motor di Kota Tasikmalaya bukan mereda.
Semakin menjadi dan semakin brutal. Baik terlibat bentrok antar genk motor maupun menyerang warga.
Bukan saja menyebabkan korbannya luka parah, bahkan ad yang sampai meninggal dunia.
Investigasi koran Radar Tasikmalaya sepuluh tahun lalu, genk motor di Kota Tasikmalaya dalam perekrutan anggotanya sangat konsisten.
Anak-anak lulus dari SD dan masuk ke SMP biasanya yang direkrut. Pembaitan menjadi genk motor juga tidak mudah.
Tradisi masuk ke setiap genk motor hampir semuanya ada perlakuan kekerasan.
Antar anggota baru harus berkelahi. Lalu naik level harus bentrok dengan genk motor lain.