Menkes melihat wolbachia sangat bagus. Karena itu, ia melakukan pilot project di 4 kabupaten kota dan salah satunya adalah Kupang.
Edukasi kepada masyarakat sangat dibutuhkan. Implementasi wolbachia bukan mengurangi jumlah nyamuk aedes aegepty tapi memperbanyak nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia.
Mudah-mudahan dengan pilot project ini, kata dia, penularan dengue yang lumayan banyak bisa segera menurun.
Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes dr Maxi Rein Rondonuwu mengatakan tujuan launching ini adalah diperolehnya komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian dengue di Indonesia.
Khususnya, di Kota Kupang dalam menyukseskan pilot project implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan DBD.
”Seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah harus berkomitmen dalam mengimplementasikan wolbachia,” ucap Dirjen Maxi.
Penandatanganan komitmen implementasi Wolbachia ini dilakukan oleh Dirjen Maxi dan Pejabat (Pj) Walikota Kupang Fahrensy P. Funay.
Fahrensy menjelaskan Pemerintah Kota Kupang menyambut baik program wolbachia ini.
BACA JUGA: Job Fair Nasional 2023 Sediakan 10.000 Lowongan Kerja Baru, 1.000 Sertifikasi Kompetensi Gratis
Pada September 2023, DBD tercatat 187 kasus dengan 2 kematian di Kota Kupang. Tahun 2022, jumlah DBD dilaporkan mencapai 445 kasus.
DBD masih menjadi masalah kesehatan setiap tahun di Kupang karena jumlah kasus yang besar dengan angka kematian yang tinggi.
”Pemerintah Kota Kupang berupaya kuat melakukan langkah-langkah mengatasi DBD, termasuk program wolbachia ini kami dukung penuh,” ungkap dia lagi.
Penjabat Gubernur NTT Ayodhia GL Kalake mengatakan seluruh kabupaten kota di NTT merupakan daerah endemik DBD. Setiap tahun selalu ada KLB (Kejadian Luar Biasa).
Dia membeberkan data tahun 2022 bahwa terdapat 3.376 kasus dengan kasus kematian mencapai 29 orang. Kasus tertinggi terjadi di Manggarai Barat, Kota Kupang, Sumba Barat Daya dan Sumba Barat.