RADARTASIK.COM - Profesor Mustafa Bayoumi, mengatakan dalam sebuah artikel di surat kabar The Guardian bahwa Standar ganda dalam pemberitaan perang Palestina vs Israel, menunjukkan kegelapan moral Barat.
Profesor Bahasa Inggris di Brooklyn College, City University di New York tersebut menekankan bahwa media barat menghilangkan fakta warga Palestina selalu mendapat diskriminasi dan penindasan yang terorganisir.
Mustafa Bayoumi menjelaskan, akibat diskrimansi Israel, kehidupan di Palestina hampir mustahil, dan ia menanyakan jika media Amerika tidak mampu membingkai hal ini dengan cara yang benar, kenapa meliputnya?
Menurutnya, kesalahan informasi yang diberikan oleh media barat akan membuat masyarakat Palestina yang sudah tidak berdaya akan menanggung akibatnya.
BACA JUGA:Usai Berfoto Bersama Pelatih Kiper Persib, Pemain Persebaya Ini Resmi Dipinang Persiraja
“Saya selalu benci menonton liputan perang AS, dan sekarang pun tidak terkecuali,” kata Profesor Mustafa Bayoumi dikutip dari Al-Quds Al-Arabi.
“Setelah serangan mematikan Hamas terhadap Israel dan pemboman kejam Hamas di Gaza, saya mencoba menonton MA NBC, dan tidak lama kemudian saya mendengar salah satu koresponden mereka berbicara tentang sejarah kekerasan antara kedua bangsa, seolah-olah Palestina adalah sebuah negara dan saya harus mematikan TV dan tidur,” lanjutnya.
"Palestina bukanlah sebuah negara, dan ini adalah poin fundamentalnya. Warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, dan di wilayah Israel hidup di bawah berbagai sistem diskriminasi dan penindasan yang terorganisir, dan semua ini membuat kehidupan di sana hampir mustahil,” jelasnya.
“Jika media Amerika tidak mampu membingkai hal ini dengan cara yang benar, lalu apa maksudnya meliputnya?” tanyanya.
BACA JUGA:Sedaap! Proyek Kereta Cepat Akan Dilanjutkan Sampai Surabaya, Tanggung Kalau Sampai Bandung
Ia kemudian menunjukkan bagaimana media AS berusaha membuat orang percaya pemboman kejam terhadap Jalur Gaza hanyalah tindakan membela diri Israel.
Namun, media barat melupakan fakta penting bahwa selama ini Israel yang menjajah Palestina dan mereka tidak pernah mengutuknya.
“Jika Anda mengikuti berita Amerika, Anda mungkin akan berasumsi bahwa Palestina-lah yang mengambil tindakan dan Israel-lah yang meresponsnya,” ucap Mustafa Bayoumi.
“Mungkin Anda berasumsi bahwa orang-orang Palestinalah yang menjajah Israel dan bukan orang lain. Mungkin Anda tidak pernah berpikir bahwa Israel menguasai lima juta warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza serta merampas hak mereka untuk memilih dalam pemilu,” terangnya.
Terkahir, Mustafa Bayoumi percaya Palestina kan tetap berdiri walaupun digempur oleh pemberitaan standar ganda media yang menujukkan kegelapan moral barat.