BACA JUGA:Mau Jajan Lupa Bawa Uang, Bayar Pakai GoPay, Urusan Kelar Deh
Dulu ada bioskop tempat hiburan warga Sumedang. Bioskop Diana, Bioskop Pasifik, dan terakhir Sindangraja Teater.
Gempuran produk elektronik VCD mematikan tiga bioskop itu. Sampai sekarang tidak bisa bangkit.
Doel Sumbang seniman Jawa Barat, menggambarkan detil suasana Sumedang dalam lagu sebagai ‘kota leutik’ (kota kecil).
Memang kotanya kecil dan sepi. Sampai ada julukan kotanya para pensiunan.
Kini semua bioskop sudah berubah ada yang jadi kantor perbankan, ada juga yang disulap jadi toko.
Sampai kemudian dibangun Jalan Tol Cisumdawu yang menghubungkan Kota Bandung ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, muncul secercah harapan Sumedang akan berkembang pesat.
Hadirnya Tol Cisumdawu yang terkenal dengan icon terowongan kembar, menjadi harapan dan pertanyaan tentang mitos atau adanya ‘uga’ tentang ‘Sumedang Ngarangrangan’.
‘Ngarangrangan’ dalam arti sebenarnya menggambarkan sebuah pohon yang seluruh daunnya berguguran. Hanya menyisakan batang dan rantingnya saja.
BACA JUGA:4 Kecamatan Disebut Pusatnya ‘Harta Karun’ dari Tasikmalaya
‘Sumedang Ngarangrangan’ diibaratkan seperti itu, pohon yang kehilangan indahnya karena tidak berdaun lagi.
Pohon tidak berdaun terlihat merana, jangankan menghasilkan oksigen untuk berbagi ke sesama, untuk bertahan hidup sendiri saja sulit.
Begitulah gambaran ‘ngarangrangan’ yang tersemat ke Sumedang ratusan tahun lamanya.
Kalau memakai istilah kekinian ada dikenal dengan law of attraction atau hukum ketertarikan.
Dalam hukum itu kalau yang dipikirkan sesuatu yang negatif maka yang tertarik adalah kenegatifan. Berpikir susah yang datang pun serba susah.