Sebaliknya berpikir positif berdasarkan filosofi law of attraction (LOA) maka yang tertarik dsn menarik pun yang positif atau baik.
Kalimat ‘Sumedang Ngarangrangan’ seperti law of attraction negatif. Membuat Sumedang tidak menjadi daerah maju karena sudah menstigma negatif yakni ‘ngarangrangan’.
Setelah Tol Cisumdawu dan BIJB Kertajati hadir, ada harapan baru untuk Sumedang lepas dari stigma negatif ‘ngarangrangan’.
Masyarakat Sumedang tidak sedih lagi karena bisa keluar dari yang selama ini terpencil dari keramaian Bandung dan Cirebon.
Lewat akses Tol Cisumdawu untuk mencapai Kota Bandung butuh waktu 30 menitan. Klik di sini artikel lain Tol Cisumdawu.
Mau lanjut ke Jakarta sekitar 2,5 jam. Lalu ke Cirebon pun sekarang melalui Tol Cisumdawu ditempuh sekitar 1 jam.
Tidak saja ke kota dalam satu provinsi dan satu pulau, akses menuju luar negeri juga mudah.
Melalui BIJB Kertajati dari Sumedang ke Malaysia misalnya bisa lebih cepat dibandingkan ke Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.
Sumedang ke Bandara Soekarno-Hatta butuh waktu hingga 6 jam menempuh jarak 214 kilometer.
Sedangkan Sumedang-BIJB Kertajati 1 jam 3 menit dengan jarak 47 kilometer. Klik di sini artikel Tol Cisumdawu lainnya.
Percepatan mobilitas dari dan ke Sumedang ini merupakan lompatan untuk keluar dari jebakan law of attraction negatif ‘ Sumedang Ngarangrangan’.
Tentu ini juga tidak hanya dibiarkan daun di pohon yang ‘ngarangrangan’ dibiarkan tumbuh sendiri.
Butuh diolah potensi Sumedang sehingga ketika orang dari berbagai daerah mudah akses masuk, ada daya magnet yang kuat dari Sumedang.
Wisata tentu salah satunya yang bisa diolah dan dikembangkan. Sebab kalau wisatanya tumbuh akan berdampak ke banyak sektor.
Mulai produk-produk UMKM berupa olahan makanan,.minuman, kerajinan, jasa hotel, jasa transportasi, dan sebagainya.
Ini tentu tantangan bagi siapa saja yang sedang dan akan memimpin Sumedang.