“Dari situ saya pikir daripada jadi beban orang tua, lebih baik saya gabung dengan Tentara Pelajar banyak yang gabung,” ujar Mayjen TNI (Purn) Eddie Marzuki Nalapraya dalam Youtube Rhoma Irama menceritakan.
“Jadi enggak ada pangkat di Tentara Pelajar,” ujar tokoh pencak silat dunia ini.
Di Tentara Pelajar, Eddie Nalapraya muda belajar menembak. Dia memilih menggunakan senjata semiotomatis.
Selama bergabung bersama Detasemen Garuda Putih, Eddie Nalapraya muda sangat dekat dengan Kapten Burdah.
BACA JUGA: Ini Sosok Pengganti Ciro Alves di Skuad Persib, Sudah Latihan Bareng Menjelang Lawan PSIS Semarang
Bahkan dalam pertempuran, dia kerap dicari oleh Kapten Burdah agar mendekat ke belakang Kapten Burdah.
“Jadi paling disayang kata orang, Pak Edi,” ujar tokoh kelahiran 6 Juni 1931 ini sambil tertawa diikuti Rhoma Irama.
“Kalau sudah sembahyang Isya, Pak Burdah keluar maung ngontrol (pasukan), ‘Eddi mana Eddi’?” tanya Kapten Burdah ke anak buahnya seperti ditirukan Eddi Nalapraya.
Setelah bertemu dengan Eddi Nalapraya, Kapten Burdah kemudian menyerahkan kopel pistolnya.
Eddi Nalapraya pun diminta untuk memakainya.
“Kan keren tuh pistol komandan kita yang pegang,” ujarnya sambil tertawa mengenang momen tersebut.
Pertempuran Gunung Kacapi Tasikmalaya: Pejuang Hadang Konvoi Belanda dari Tasikmalaya ke Singaparna
Terkait pertempuran Gunung Kacapi Tasikmalaya, kata Eddie Nalapraya, saat itu pejuang kemerdekaan menghadang konvoi tentara Belanda.
Saat itu konvoi tentara Belanda dari Tasikmalaya menuju Singaparna dan diserang pasukan Detasemen Garuda Putih.
“Memang ada konvoi Belanda dari Tasikmalaya menuju Singaparna, kita (serang) pakai (senjata) 7,7 mm yang dipakai Kopral Supratman yang nembak sampai habis,” ujarnya.
Pasukan Detasemen Garuda Putih juga kerap menyerang konvoi Belanda yang melintasi di Cintaraja Kabupaten Tasikmalaya.