Kini mitosnya Orang Sunda Sumedang tidak boleh menikah dengan orang Jawa Cirebon.
Situasi di dalam.kerajaan Sumedang Larang juga mulai tidak kondusif.
Kehadiran Harisbaya yang menjadi pemicu perang Sumedang dan Cirebon sangat dibenci.
Terutama oleh orang-orang istana yang pro kepada pramesuari.
Apalagi ada perjanjian dadi Geusan Ulun kepada Panembahan Ratu I bahwa kelak kalau anak yang dikandung Harisbaya lahir, akan dijadikan raja di Sumedang.
Semakin menjadilah kebencian kepada Harisbaya.
Sejak peristiwa itu juga pamor kerajaan Sumedang meredup.
Sumedang makin ngarangragan, seperti daun pohon jati saat kemarau daunnya berguguran.
Sampai masa kerajaan berganti era modern Sumedang tidak menjadi daerah gemilang.
Tak lebih dari sebuah kota kecil yang sunyi. Mendapat julukan kotanya para pensiunan.
Para petinggi Sumedang di kemudian hari berupaya memulihkan kejayaan negeri mereka.
Sumedang Tandang Nyandang Kahayang digelorakan sebagai spirit mengakhiri masa Ngarangrangan.
Seiring waktu juga Mitos Orang Sunda san Jawa terlarang menikah memudar.
Pun Sunda Sumedang dan Kawa Cirebon sudah semakin mencair. Pernikahan pun antara dua suku itu sudah tidak masalah lagi.