Andry juga menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan AS yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dapat mempengaruhi permintaan domestik dan dapat berdampak pada permintaan impor Indonesia.
Hal ini dapat membatasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas level 5% pada tahun 2023 dan 2024.
Selain itu, dampak dari penurunan peringkat kredit AS juga dapat dirasakan di pasar keuangan Indonesia, termasuk pasar saham dan obligasi.
Hal ini dapat menyebabkan volatilitas dalam arus modal asing, meskipun Andry percaya bahwa Indonesia masih akan menjadi tujuan aliran modal asing karena indikator domestik yang stabil.
BACA JUGA: Harga Emas Logam Mulia Antam Turun Seiring Penurunan Harga Emas Dunia
Dengan demikian, situasi ini memperkuat pandangan bahwa volatilitas global akan tetap ada dalam jangka menengah, dan dampaknya dapat dirasakan di pasar keuangan Indonesia.
Namun, diperkirakan bahwa Indonesia masih memiliki potensi untuk menarik aliran modal asing jika kondisi domestik tetap stabil.