“Tapi bagaimana caranya menghitung bintang-bintang di langit. Agar yakin bahwa jumlahnya kalah dengan jumlah ikan-ikan di lautan?” Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi pertanyaan baru.
Baginda raja tersenyum Sebab yakin kali ini Abu Nawas akan kesulitan menjawab.
Benar juga, Abu Nawas kaget mendengar pertanyaan baru itu. Sejenak dirinya berpikir untuk menjawab dengan telak.
Sebab Abu Nawas tahu ini akal-akalan Baginda Harun Al Rasyid saja mengerjai dirinya.
“Mudah saja kalau tuanku ingin tahu cara menghitung bintang-bintang di langit,” ujar Abu Nawas setelah mendapatkan ide jawaban.
“Kamu bisa menunjukkan cara menghitung bintang-bintang di langit?” Baginda Raja Harun Al Rasyid yang terkejut.
“Baginda benar-benar ingin tahu cara menghitung jumlah bintang di langit?” balik bertanya Abu Nawas.
“Iya, tunjukan kepadaku bagaimana agar aku bisa menghitung jumlah bintang-bintang di langit!” perintah baginda raja.
“Baik. Silahkan baginda datangkan ke sini kuda tunggangan baginda,” kata Abu Nawas.
Baginda Raja Harun Al Rasyid yang penasaran memerintahkan prajuritnya membawa kuda miliknya.
Tak lama kuda tunggangan Baginda Raja Harun Al Rasyid dibawa ke hadapan pemilinya.
Kuda itu sangat gagah, tinggi dengan bulu-bulunya yang mengkilat karena diurus secara khusus.
Abu Nawas lalu mendekat ke kuda gagah itu.
“Begini tuanku. Kalau ingin tahu caranya menghitung bintang di langit, mulailah dengan menghitung bulu-bulu kuda ini,” kata Abu Nawas.
Baginda Raja Harun Al Rasyid terhenyak. Dalam pikirnya dia berkata, “Mana mungkin menghitung semua bulu kuda ini. Cerdas juga Abu Nawas.”
“Bagaimana tuanku, mau memulai menghitungnya,” pancing Abu Nawas.