Begitu mendapati Abu Nawas meninggal prajurit itu segera memeriksa kondisi jasad Abu Nawas.
Para prajurit memastikan bahwa Abu Nawas pura-pura mati atau memang mati.
Setelah dipastikan Abu Nawas memang mati para prajurit itu kembali lagi ke istana untuk melaporkan peristiwa ini.
Sepeninggal para prajurit kerajaan, para tetangga kemudian mengurus jenazah Abu Nawas sebagaimana aturan Islam.
Jasad dimandikan, lalu dikafani dan bersiap di bawa ke masjid besar untuk di sholatkan.
Keranda pun disiapkan dan masuklah jasad kaku Abu Nawas ke dalam keranda.
Para tetangga membawa keranda menuju ke masjid besar untuk disholatkan. Ratusan warga lainnya ikut mengiringi di belakang pemikul keranda jenazah.
Padahal Baginda sudah memerintahkan panglimanya agar menangkap Abu Nawas yang sudah menjual dirinya ke pria kekar di hutan.
Baginda kembali memanggil panglimanya.
“Panglima. Aku dengar Abu Nawas meninggal. Benarkah itu?” tanya baginda.
“Benar Paduka Yang Mulia. Hamba mendapat laporan dari prajurit yang mau menangkap Abu Nawas,” jawab panglima.
Baginda Raja terdiam. Tapi dia masih penasaran. Mengingat Abu Nawas sangat dia kenal banyak akalnya.
Baginda curiga ini akal-akalan Abu Nawas agar lolos dari hukuman dirinya.
“Sekarang jenazahnya di mana?” tanya baginda.
“Menuju masjid besar untuk disholatkan Paduka,” jawab panglima.
“Antarkan aku ke sana,” perintah Baginda Raja.