“Stop di pinggir depan saja. Ada tahu tuh,” pintanya ke sang kakak yang mengemudi mobil.
Begitu mobil menepi, langsung keluarkan uang merahnya. Menitip ke kakaknya yang turun untuk dibelikan satu bongsang (bungkusan khusus tahu dari anyaman bambu) tahu.
Tak menunda lama, begitu bongsang tahu ada di mobil langsung dicomot satu buah.
“Enaknya memang pas masih panas gini lagi,” komentarnya sambil mengunyah.
Tak cukup tahu, Lusi pun minta lontong. Dua makanan itu memang pasangan: Tahu panas dan lontong plus cengek (cabai) atau sambal olahan.
Dewi pun tidak jauh beda. Pemudik dari Karawang ini usai sholat ied langsung memburu tahu.
BACA JUGA:Asli Cepat! Arus Balik Kuningan-Bandung via Tol Cisumdawu Cuma 2 Jam 15 Menit
Guru di sekolah top yang ada di Karawang ini, kalau mudik ke Sumedang selalu rindu makan tahunya.
Alasannya sama karena rasa khas Tahu Sumedang memang beda dengan tahu yang dijual di luar Sumedang.
Dewi senang sekarang mudik ke Sumedang bisa lebih cepat sejak ada Tol Cisumdawu.
Jadi kalau nanti pulang bawa oleh-oleh Tahu Sumedang, saat sampai Karawang masih ada hangatnya. Tetap masih enak rasanya.
Apa rahasianya ya Tahu Sumedang begitu?
Rasa khas Tahu Sumedang beda antara tahu yang diolah dan dijual di Sumedang, kok disebut-sebut selalu beda rasanya.
Sejak lama jawaban orang Sumedang pasti soal air. Keyakinan mereka karena faktor air sehingga rasa berbeda.
Walaupun tahu yang diolah di luar Sumedang bahan bakunya sama, ownernya juga sama tetap rasa beda karena faktor air tadi.