Saat kejadian Erpan belum bisa diwawancara karena masih shock.
Kasus kebakaran tersebut juga menggerakkan Pemerintah Kota Banjar. Melalui Dinsos P3A Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Anak, melakukan tahapan assessment terhadap R, seorang bocah SD, yang membuang air spirtus dan memabakarnya.
"Kita lakukan assessment trauma healing terhadap yang bersangkutan (R), terlebih masih di bawah umur," ucap Kabid P3A DinsosP3A Kota Banjar Elin Apriani, Jumat 31 Maret 2023.
Dia menjelaskan, assesment ini dilakukan antisipasi agar yang bersangkutan tidak trauma pasca kejadian tersebut.
BACA JUGA:Sejarah Kue Pancong Sebagai Kuliner Legendaris Indonesia
Namun, saat ke rumahnya, R tidak ada di rumah karena sudah dibawa neneknya ke Ciamis. Selama ini R tinggal bersama buyutnya.
"Ternyata R tinggal sama buyutnya, ditinggal (cerai) sama ibunya sejak usia 4 tahun. Sementara ayahnya kerja di daerah Jawa dan jarang pulang," jelasnya.
Elin Apriani menilai, bocah SD tersebut tergolong anak yang kurang perhatian orang tuanya. Terlebih dititipkan sama buyutnya.
"Orang tua agar lebih berhati-hati dalam pengawasan anak-anaknya, jangan mengandalkan yang dititipi. Ini salah satu faktor akibat perceraian," tandasnya.
Menurutnya, anak usia di bawah umur masih memerlukan perhatian orang tua. Sikap yang diberikan terhadap anak bukan hanya dicukupkan dari sisi kebutuhan sandang, papan saja.
"Itu yang harus dihindari dan tidak kita inginkan terjadi. Maka kami akan assesment dari sekarang," ujarnya.
Sementara buyut dari R, Een, mengaku shock atas peristiwa yang terjadi. Menuurt Een, cicitnya tersebut sempat tidak mau sekolah hingga gurunya datang ke rumah.
"Tadi ada gurunya datang ke rumah, kenapa R tidak masuk sekolah. Lalu dijelaskan," katanya.
Pasca kejadian tersebut, cicitnya menurut Een, kini dibawa ke Ciamis oleh neneknya agar tidak trauma.