Roys Mahkota

Selasa 31-01-2023,05:30 WIB

Pryadi Satriana

Tahu saya memang gitu: 'narik tunai' mbayar, 'narik becak' dibayar ...

Liam Then

Pakai BI fast kalo transfer antar bank, cukup 2500. Kwkwkwkw, saya heran, ada satu dompet digital investasi asing, otomatis berubah ongkos transfer ngikut BI Fast , dari 6500 ke 2500. Sekali saya kirim lewat m-banking antar bank, loh tetap kena 6500, bank BUMN kalah responsif dengan dompet digital, dalam hal pelayanan. Saya jadi misuh-misuh di buat nya. Bukan masalah 6500nya. Wong merokok tiap hari juga bakar uang kok, tapi karena dibuat bertanya-tanya. Bank BUMN apakah segitu susahnya, sampai biaya transfer susah auto ikut BI fast. Sehingga tak harus pilih-pilih menu khusus BI-fast di aplikasi M-banking. Bang Jimmy, di ATM, transfer antar bank, apakah gak ada menu BI FAST? Saya belum pernah coba soalnya. 

Mbah Mars

Pengiriman uang antar Bank 5 juta ke bawah per hari free.

Alon Masz Eh

Namanya pohon buah mbah. Walau pake bh ga pake celana, tetap aja ga berbuah duren selama ga dibuahi... 

Otong Sutisna

Waktu itu saya langsung protes ke teman yang ngasih saran, Bro....saran sudah saya laksanakan tapi kenapa itu pohon durian tetap ga berbuah. Teman malah balik tanya....kamu itu pakai bh siapa, apakah sudah menikah atau perawan ....saya jawab, ya jelas pakai punya istri saya, soalnya saya ga punya anak cewek, anak saya cowok semua.... Dia hanya bilang, oh .... pantesan, ganti bro ..... Bersambung....

Jokosp Sp

Mbah Kliwon ............cuma diketawain saja. Padahal ngarep mbecak bareng. Mbah kliwon jadi supirnya, Mbak Ulfa jadi penumpangnya. Muter keliling Embongan sampai surup.

Kliwon

Setuju Eyang. Abah kudu kita kasih contoh opini & analisis ala perusuh. Ntar kalo rubrik NoWay udah ada, Eyang harus ikut berkontribusi menyumbang tulisan. Ceritakan aja kisah Eyang kapan hari. Upaya membuat 100 pohon duren biar mau berbuah. Dengan cara mengikat 100 pohon duren dengan BH. Itu akan jadi kisah kolosal yang sangat epik & penuh perjuangan. Saya bayangin BH ibu² PKK satu RT bisa ludes demi menghangatkan 100 pohon durian di kebun. Trus panggil sini teman yang kemarin saranin ide briliant itu. Suruh ikut komentar sini. Biar tercerahkan para perusuh.

Pryadi Satriana

Bagaimana kualitas hakim kita? Saya ndhak tahu. Tapi saya punya pengalaman 'berurusan' dg hakim, pada suatu perkara perdata. Saya mengajukan 'bukti rekaman'. Hakim ke-1: "Tolong dibuatkan 'photocopy'-nya." Saya: "Maksud Yang Mulia 'transkrip'-nya?" Hakim ke-2: "Terjemahannya." Hakim ke-3: "Yang membuat harus 'penerjemah tersumpah' (sworn translator)". Saya: "Photocopy itu 'salinan' (copy) yg dibuat dg bantuan 'sinar' (photo). Terjemahan itu hasil 'alih bahasa' dari 'bahasa asing' ke 'bahasa ibu' atau sebaliknya. Transkrip itu 'salinan tertulis' (written copy) dari 'rekaman suara' (recorded material). Untuk membuat transkrip rekaman suara tidak perlu harus menggunakan jasa penerjemah tersumpah". Hakim ke-1: "POKOKNYA saya minta salinan tertulis rekaman itu". Saya tercenung. Istilah2 di atas adalah 'kata2 yg sering dipakai' (high-frequency words) di bidang ilmu hukum. Dari kejadian di atas, saya bisa menduga-duga 'wawasan dan literasi para hakim tersebut di bidang hukum'. Itu memprihatinkan. Hakim 'seharusnya' punya 'penguasaan bahasa yg memadai', mengingat argumentasi2 hukum pastilah menggunakan bahasa, bukan dg isyarat! Semoga hakim2 lainnya mempunyai wawasan yang lebih luas dan penguasaan bahasa yg memadai. Aamiin. Salam. Rahayu.

Kategori :