Jam 10an setelah senam²an, Cak Dadi'ndukun pijet ikut bonceng kerumah. Entah sbb kecewa lagi baca CHD hari ini, saya tiba² ngomel.."nek perkoro makan buah ndak usah ke Jakarte, belakang rumah kontrakku banyak pohon semalam buahnya berjatuhan"..."Durian ta Kang?" tanya Cak Di... "anu..Cak Di, Pencit sama Kedondong ijo atos"... "Kecut Kang!"... "Lho ini terapi fastfruit"... "ndakpapa Kang, asal ada kopi giras +rokok+lumpia"... Sampai dirumah istri ngomel "Nang, mana setopboknya?". "anu Dik,..ndak ada yg 250rb.an, tinggal yg mahal". istri ngomel lagi "waduh gakbisa nonton 'Ikatan Layangan Cinta Putus".. ganti Cak Di bersuara "Kang, minta setopbok di Kelurahan".."Cak Di, kalau ndak masuk DTKS keluarga miskin ndak dapat Set Top Box gratis".."halaa Kang, ada orang males ber-tahun² enak keluarganya dapat PKH, rumah jelek tapi bisa abonmen wifi, punya 2 laptop, 2 motor dan...".."..sudah² Cak Di, jangan KaCeCe (kakean cocot) ada undang² IT lho, aku ini sedih uang SetTopBox tak bayarkan saham Perancis kalah”..duh.
Liam Then
Saya ramalkan 100 tahun di masa depan, riset genetik dan sel akan menjadi sangat maju. Fisik orang berusia lanjut bisa di rekayasa sehingga proses penuaan akan membalik, menjadi muda lagi. 200 tahun ke depan, teknologi sel dan genetik, bisa mendiagnosa pasien berdasarkan kekhususan individu pasien. Jadi perawatan yang di terima per orang sakit akan unik untuk setiap orang. Jadi jangan heran nanti ,manusia umurnya bisa mencapai 200 tahun. Tentu bukan manusia "biasa" , hanya untuk manusia pilihan saja. Dan 300 tahun ke depan, consciousness-kesadaran manusia, akan bisa diupload seluruhnya ke perangkat robot berbentuk manusia, sehingga orang-orang bakal punya avatar, bisa lalu lalang dengan raga robot diluaran, raga aslinya dirumah baringan. Terakhir, saya ramalkan 100,200,300 tahun ke depan, dengan kondisi yang seperti sekarang dan tidak ada upaya perubahan. Indonesia tetap akan jadi importir perangkat high tech tersebut.
Pryadi Satriana
YANG ENAK2 BISA BIKIN 'NGGLETHAK'! Saya pernah punya temen ngajar. Pas sama2 mengajar bhs Inggris di sekolah 'Nasional PLUS' - plus makan siang sekali & 2x 'snack'. Pak Wahyu. Lulusan Sanata Dharma, Yogyakarta - seingat saya. Angkatan akhir '70-an. Kami sering 'ngobrol' pas jam makan siang. Apa saja. Politik, ekonomi, pendidikan, teologi dsb. Beliau muslim, sering diminta memberi khutbah Jum'at di lingkungannya. Saya liat beliau makannya bagus, sering makan sayur & ikan. Setelah bertahun- tahun ndhak ketemu, saya telpon beliau. Suara di 'seberang' terdengar agak 'cedhal'. Saya kaget. "Saya kena stroke, Pak Pry." "Bapak kan suka sayuran?" "Ya, kesukaan saya kan pecel, gado2, dan semacamnya. Tapi ada penyebab sakit saya yg ndhak saya sadari." "Apa itu, Pak?" "Saya suka bikin nasi goreng pake margarine, hampir tiap hari. 'Nyeplok' telurnya juga pake margarine. Kan enak, itu. Gurih." "Ya lah, Pak. Memang lebih gurih drpd pake minyak." "Ya itu, Pak Pry. Masalah, saya ndhak tahu kalo margarine digoreng jadi lemak jenuh yg ndhak baik bagi tubuh. Saya kena stroke, sekarang pake kursi roda. Bicara pun masih kayak gini. Saya wanti2 ya, Pak Pry. Jangan lagi goreng pake margarine. Cukup saya saja yg jadi 'korban'. Saya wanti2 betul ini, Pak Pry." Kira2 spt itu dialog saya dg beliau, belasan tahun lalu. Dialog itu membuat saya tercenung, sekaligus ingat: di TV diiklankan begitu nikmatnya hasil gorengan pake
Pryadi Satriana
(sambungan) margarine. Kok nggak dilarang ya iklan yg 'menyesatkan dan membahayakan' itu? Kadang2 kita nggak sadar, yg kita makan ndhak baik utk kesehatan kita. Sering, kesadaran pun kadang datangnya terlambat. Akhirnya kita diingatkan, untuk bertanggung jawab akan kesehatan kita sendiri, sebisa kita. Banyak yg tahu, yg enak2 itu bisa membahayakan, tapi tetap saja dilanggar. Apalagi jika 'enak' & 'murah': minum kopi 'sachet'-an! Saya sdh lama 'putus kontak' dg Pak Wahyu. Telpon saya tak terangkat. No-nya pun sdh hilang, saat ganti 'cell phone' karena rusak. Semoga beliau baik2 saja. Aamiin. Semoga Anda sehat2 semuanya. Aamiin. Salam. Rahayu. #jangan jadikan obat makananmu, tapi jadikan makananmu obat#
Macca Madinah
Secara logika diet keto masuk di akal saya. Cuma selalu diwanti2 oleh para "founder" nya kalau diet ini membutuhkan perubahan gaya hidup. Dan, ini yg sulit. Karena mainannya lemak, jadi kalau sekali-sekala kecampur dengan karbo sederhana, bisa buat reaksi tubuh mereka yg sdh keto-body seperti alergi yg parah. Saya lihat dr tadi belom ada pelaku diet keto yg kasih komen ya. Bahan pangan keto yg ideal memang lemak, seperti kulit ayam, gajih, jeroan, hmmm. Yg dianjurkan adalah lemak hewani, akan lebih baik kalau yg dibesarkan dg alami. Lemak nabati bisa juga tapi sangat terbatas, dan bukan lemak "hydrogenated", suatu proses di pabrik yg membuat lebih tahan lama dan stabil. Konon margarin masuk ke jenis lemak ini. Jadi seperti minyak alpukat, minyak kelapa, dan lemak2 tumbuhan alami, bisa buat diet keto. Malah seperti vegetable oil atau banyak minyak impor, tidak disarankan karena masalah hydrogenated tadi. Kalau melihat berbagai sumber diet keto, banyak mahzab juga. Ada yg betul2 ketat dg lemak hewan. Ada yg menganjurkan makan sayur hijau sebagai sumber keseimbangan karbo baik (pada sayuran ada karbo juga dengan kadar rendah), ada yg boleh makan tepung2an seperti almon, kelapa. Balik lagi, yg susah adalah konsistensinya. Pada saat keto, badan terasa sangat ringan, tidak mudah lapar, lebih fokus. Tp pada saat godaan menerpa, nahhhhh, lain cerita hehehe.
Macca Madinah
Mumpung memper soal dokter, mau komen dikit. Mungkin, selain dokter spesialis, kita juga membutuhkan dokter2 umum yg berdedikasi dan bangga dengan "keumuman" nya. Kalau diperhatikan, sekarang ini, misal kita ke rumah sakit, kebanyakan kita langsung diarahkan ke dokter spesialis. Kalau mau ke dokter umum, diarahkan ke UGD. Menurit saya, dokter umum sebetulnya pintu untuk mengarahkan pasien, akhirnya butuh dokter spesialis yg mana. Dia yg bisa merangkum gejala awal tanpa terkotak2 dengan spesialisasi. Karena jarang dokter umum di rs, akhirnya kalau ke rs ya kita pilih dokter internis, yg dirasa paling "umum" di antara yg lain. Biasanya disuruh cek darah, urin, radiologi, dll, lalu dr sana sang dokter internis membaca hasilnya. Lalu kasih resep, atau merujuk ke dokter spesialis lain. Mestinya peran ini bisa dilakukan oleh seorang dokter umum. IMHO.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id