RADARTASIK.COM - Zlatan Ibrahimovic mengatakan ‘Jika Anda memiliki Mbappe, Neymar dan Messi, itu tidak cukup, karena Anda tidak memiliki Tuhan’ merujuk Ligue 1 sangat membutuhkannya.
"Sejak saya meninggalkan Prancis, semuanya runtuh. Tidak ada lagi subjek yang menarik. Prancis membutuhkan saya, tetapi saya tidak membutuhkan Prancis,” kata Zlatan Ibrahimovic kepada Canal.
Seperti biasa, Zlatan Ibrahimovic melontarkan kalimat menggelitik dengan menyebut sepak bola Prancis runtuh tanpanya, dan menyebutkehadiran Kylian Mbappe, Neymar dan Lionel Messi tidak cukup.
“Bahkan jika Anda memiliki Mbappe, Neymar dan Messi, itu tidak cukup, karena Anda tidak memiliki Tuhan,” lanjutnya dikutip dari Livescore.
BACA JUGA:Stefano Pioli: Fokus AC Milan di Liga Champions Tak Terganggu oleh Kekalahan dari Torino
Zlatan Ibrahimovic menikmati masa-masa penuh trofi bersama Paris Saint-Germain tahun 2012 dan 2016, memenangkan 12 penghargaan domestik termasuk empat gelar Ligue 1 berturut-turut.
Torehan 156 gol striker Swedia untuk PSG, hanya diungguli oleh Edinson Cavani dengan 200gol, sedangkan Mbappe sudah mencetak 188 gol.
Sampai saat ini, Mbappe sudah mencetak 11 gol, Neymar 10 gol dan Messi tujuh gol.
Mbappe, Neymar dan Messi mencetak total 28 gol liga untuk PSG musim ini setelah kemenangan dramatis 4-3 atas Troyes.
Senda dengan Ibrahimovic, Pelatih Paris Saint-Germain, Christophe Galtier mengakui PSG tidak seimbang jika terus mengandalkan Messi, Neymar dan Mbappe.
Melawan Troyes, PSG dua kali tertinggal oleh gol-gol dari Mama Balde, tapi Lionel Messi mencetak gol penyeimbang yang luar biasa dan kemudian memainkan Neymar untuk membawa PSG unggul untuk pertama kalinya, sebelum Kylian Mbappe memastikan kemenangan dari titik penalti.
kemenangan susah payah ini membuat Galtier mengkritik kinerja pertahanan timnya.
"Tim ini sangat tidak seimbang sejak awal, beberapa pemain kesulitan menemukan level mereka,” " kata Christophe Galtier kepada Amazon Prime.
“Kami memenangkan sangat sedikit bola di atas lapangan dan kehilangan terlalu banyak duel. Pada level bertahan, kami membuat terlalu banyak kesalahan dan sekali lagi kebobolan dari bola mati,” lanjutnya.