Pria berusia 31 tahun itu menduga yang jadi masalah dirinya jatuh pingsan itu karena ia bersepeda di jalur yang sangat terjal.
BACA JUGA: BTN dan IKAPPI Kolaborasi untuk Fasilitasi Pembiayaan Hunian Layak Bagi Para Pedagang Pasar
Terlebih saat itu ia mengaku kondisi cuaca sedang turun hujan sehingga jalanan yang ditempuh menggunakan sepeda menjadi cukup licin.
"Rutenya berat karena cuaca mbak. Jadi di beberapa lintasan itu ujan terus dan licin. Ujannya yg ngebuat beberapa orng bisa hipothermia dan hipoglikemia. Kalo atlit ultra kayanya ga masalah, krena mereka sudah biasa," paparnya.
Bahkan dokter Tirta sendiri pun nyaris tidak percaya dirinya masih bisa hidup meski sempat mengalami collapse yang bisa dikatakan cukup parah.
"Udah collapse, tapi masih bisa idup. Berasa dikasi kesempatan hidup kedua. Ga tau gmana critanya bisa bangun," tuturnya.
BACA JUGA: Soal Kebakaran Aula Pendopo Kota Banjar, Kasatpol PP: Saya Jamin Akan Evaluasi Total
"Dalam posisi diluar ekspetasi, udah hipotermia, kunang2 , dan tiba2 HR loncak ke 195-196 bpm. Gue berterimakasih pada warga yg menolong, utang nyawa ama mreka," sambung dokter yang aktif jadi relawan sosial tersebut.
dr. Tirta mengaku saat mengalami pingsan dan tidak mengingat apapun kejadian yang dialaminya.
"Maaf ga berikabar, saya collapse di km 191, ga inget apa2, yg saya inget cuma ada mas gusti (cervello merah) melewati saya dan nyapa di jam 19.00," ujarnya di akun instagram pribadinya @drtirta.
Pria yang sering dipanggil Cipeng oleh rekan-rekannya itu, ia hanya ingat saat duduk di depan warga.
BACA JUGA: Daftar Obat Sirup Tanpa Etilen Glikol, Ini Klaim Kalbe Farma
BACA JUGA: Ramuan Ini Bisa Jadi Pengganti Obat Saat Anak Demam, Bahannya Semua Ada di Dapur
"Saya disadarkan oleh ibu2, dan saat tersardarkan sudah ada 3-4 warga dateng, lengkap dengan teh anget, dan makanan, dan nemenin saya sampe jemputan dateng Kalo ga ada mereka, ga tau kaya apa saya itu," tuturnya.