Rp 15.500

Selasa 18-10-2022,05:05 WIB

Saya membayangkan irjenpolTedy. Pikirannya kacau. Hatinya sedih. Karirnya jatuh. Dan satu lagi. Yaitu malu. Dan itu sudah terjadi. Suatu kenyataan. Tentu saja ini bukan sinetron. Yang habis syuting, menjadi normal kembali. Buktinya irjenTedy tidak kembali menjadi kapoldajatim. Sampai saat ini. Dan orang yg mempunyai masalah seperti Irjen Teddy, tentu butuh solusi. Cara menghadapinya. Secara teori dalam menangani masalah ada prinsip yg sederhana. Yaitu orang datang dengan membawa masalah, pulang akan membawa bahagia. Caranya terus bagaimana? Teorinya hanya ada 2. Biar semua paham. Biar semua bisa praktek. Hasilnya tenang bahagia. Syarat dan ketentuan berlaku. Kalau mau. Yang pertama mengubah mind set tentang masalah. Cara pandang masalah. Dari pikiran stres menjadi pikiran ikhlas. Dan ini perlu prakrek. Makin sering praktek makin skillful atau pandai. Yang kedua apa? Ini yg penting. Minta tolong ahlinya. Siapa ahlinya? Tentu saja Yang Maha Pemurah dan MahaPengasih. Cara meminta, cara ngomongnya, sikapnya, semua ada tuntunannya. Tidak ngarang sendiri. Itulah pelajaran yg saya dapati di masa lalu. Tentang solusi suatu masalah. Dan harus selalu diingat. Dipahami dalam hati. Masalah yg terjadi itu karena perbuatan perbuatan yg kita lakukan. Perbuatan apa? Hanya anda sendiri yang tahu. Dalam kasus pak irjen ,artinya apa? Kita tidak tahu apa yang dilakukan oleh mamilinda dan pak irjen. Hanya Tuhan dan mereka berdua yang tahu, apa yang sudah mereka perbuat. Itu saja.

AnwarulFajri

Profitable??? Di cegat di laut dg tim nya sendiri biar bisa bebas di jual lagi? OMG... Kenapa aku jd overthinking gini.... Ampun.... Hahahaha

EVMF

CHD hari ini "memicu" orang-orang untuk mengamati lebih dalam : 1. Sungguhkah ada seorang Pati-Polri yang begitu luar biasa pengabdiannya hingga membiaya sendiri tugas ke-dinasan-nya ?? 2. Bukankah ini sangat janggal sementara itu institusinya lebih dari mampu untuk membiayai-nya ?? Jangan-jangan tugas ini justru di-luar institusi-nya !! 3. Bagaimana jikalau ada penyandang dana yang membiaya tugas tersebut ?? Sepertinya sangat mungkin, apalagi menyangkut semacam per-mafia-an narkotika. 4. Kalau ada, tentu saja ada kepentingan yang lebih besar, yang profitable tentunya !! 5. Dari pembelaan diri yang berantakan tersebut, yang tersebar luas di-medsos ; mestinya menjadi celah hukum untuk menuntaskan kasus tersebut.

yea aina

Untung (Kapolda) tak dapat diraih, Malang (Kanjuruhan) tak dapat ditolak. Maksud penugasan hendak cuci piring, apalah daya tangan tercuci.

yohaneshansi

Saya pernah membantu teman melaporkan kasus kehilangan mobil. Saya cukup terkejut karena penyidik menjelaskan bahwa anggaran penyidikan merupakan dana pribadi terlebih dahulu. Kalau dana pribadi tidak cukup, penyidikan berhenti dulu tunggu gajian. Mengetahui hal tersebut teman saya memberikan bantuan dana penyidikan. Dari tulisan Abah, situasi yang dialami ternyata sama. Tidak ada anggaran penyidikan dari korps. Apakah memang betul demikian, saya tidak tahu. Jika memang betul demikian, saya menarik kesimpulan bahwa jika mau jadi penyidik, harus punya modal pribadi. Jika tidak, bagaimana harus menyidik? Jika tidak menyidik, maka nir hasil. Nir hasil sama dengan tidak berprestasi. Tidak berprestasi ujung-ujungnya tidak ada kenaikan pangkat. Ini jika dugaan benar. Kalau memang tidak ada anggaran penyidikan, bisa dimaklumi juga. Kalau sedikit-sedikit penyidik minta anggaran padahal fiktif, maka terbilang korupsi. Dilema.. Jika dugaan ini benar, bagaimana kepolisian memecahkan dilema ini?

herryisnurdono

Abah DI menulis Irjen TM lagi. Lagi2 offside. Coba tulis aja kekayaan TM hasil beternak tuyul atau jual narkoba. Jelas2 ada BNN dan Direktorat Narkotika BarekrimMabes Polri, koqAbah DI percaya seorang Irjen Staf Ahli Manajemen Kapolri turun tangan ke Selat Malaka cari Narkoba. Apalagi pakai uang 20 M uang pribadi. Mending uangnya disetor utk naik jabatan. Abah DI, kalau mau cari tahu Linda, mending 'dugem' di Jakarta. Dia pemilik klub malam/diskotek. Siapa tahu mau cari narkoba. HarusnyaAbah DI cari tahu aja geng Judi, geng Narkoba atau geng Tambang. Kayaknya mereka saling sandera. Punya kartu masing2. Ayo Abah DI pasti bisa. Masak kalah sama Alm. Jend. Hoegeng. Atau Abah DI nonton aja sidangnya Sambo, sudah mau disidang di PN Jaksel. Kira2 ibu Putri masih pakai pakaian branded2 harganya puluhan juta.

Amat Kasela

Pak Joko, kata anak muda sekarang, yang syulit itu melupakan Rehan.

ALI FAUZI

Pak DIS berkesimpulan, karir ternyata telah menjadi seperti agama: Harus dibela dengan segala cara. Dengan segala cara berarti termasuk dengan membunuh. Bahkan dengan genoside. Saya yakin tidak ada agama yang meminta umatnya untuk melakukan hal itu. Kalau pun ada pembunuhan --yang diklaim demi membela agama-- yang melakukan itu oknum umat yang salah menafsirkan ajaran agamanya. 

AgusSuryono

Kategori :