Penyesalan Panggung

Jumat 07-10-2022,05:05 WIB

Kesenimanannya juga diwujudkan dalam Warung Apresiasi. Yakni semacam padepokan seni di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan. Di situlah siapa pun bisa berekspresi. Silakan menyanyi. Bermusik. Atau berpuisi. Asal harus karyanya sendiri. 

Antok juga pembaca puisi yang andal. Belum lama ini ia tampil di panggung. Baca puisi (lihat video). Itu di ulang tahun ke 40 Kelompok Pengamen Jakarta. Kapolri juga hadir di ultah itu. Kapolri memotong tumpeng untuk Antok. Seniman-seniman besar sering mampir di sini. Termasuk, dulu, penyair-dramawan WS Rendra. Hari-hari ini Antok bersama Aremania-Aremanita yang lagi berduka. Ia memang bisa jadi salah satu muara duka. 

Sebenarnya sudah banyak politisi yang cari panggung: ingin mendamaikan Bonek-Bonita dan Aremania-Aremanita. Sejak lama. Tapi mereka tahu motifnya sangat politis. Suporter dijadikan panggung.

Maka tragedi Kanjuruhan menjadi momentum agar tanpa makcomblang pun mereka bisa bersatu. Antok Baret sudah bicara persatuan itu. Bonek juga sudah bicara. Mereka pun bisa bertemu dengan tulus. Tanpa dimanfaatkan siapa pun.

Panggung suporter memang besar. Tapi panggung itu juga panas. (*)

Komentar Pilihan DahlanIskan Edisi 6 Oktober 2022: Hidup Fanatisme

IbnuShonnan

Bah, yang paling bahaya itu fanatisme pada uang. Untuk mendapatkanya menghalalkan segala cara.

Orang jauh

#51 Jadi kalau saya baca berulang-ulang, Menurut Abah DI : Hidup sebagai pohon bukanlah hidup. Tapi perlu diingat ya Bah: "Pohon yg hidup akan banyak menghidupi". Didalam pohon yang hidup itu, banyak sekali makhluk hidup bergantung padanya. *Kok kata hidupnya jadi banyak

Muin TV

Tapi ada juga fanatisme yang kebablasan. Fanatisme kepada kelompok. Salah benar harus dibela. Walaupun harus melalui rekayasa alaSambo. Jadi problemnya adalah pintu yang terkunci dan tangga yang terlalu curam. Besok-besok pintunya jangan dikunci dan penonton duduk lesehan saja.

ErGham

Ada fanatisme jenis baru. Fanatisme abang driver ojek online. Fanatisme terhadap spbu vivo. Walaupun harga lebih mahal dari pertalite, abang abang gojek tetap setia antri. Barusan saya isi juga di spbu vivo. Bisa dikatakan 40 persennya adalah abang gojek. Saya juga bingung, padahal harga bbm vivo ron 89 lebih mahal dari pertalite. Ini fanatisme baru. Mungkin sesuai dengan moto vivo, "Melindungi mesin, jarak lebih jauh, dan pengisian akurat".

Lukman bin Saleh

Almarhum Stadion Mattoanging begitu lekat di ingatan. Kota2 di Kalimantan dan Sulawesi yg terdekat, lebih jauh dr tempat sy. Dibanding kota2 terdekat d Pulau Jawa. Dg Makasssar misalnya, 485 km (garis lurus). Dg Banjarmasin lebih2, 622 km. Sedang Surabaya hanya 453 km, Malang 436, apalagi Banyuwangi, hanya 243 km. Tp zaman dulu. Kalau urusan sepakbola. Sulawesi itu lebih d kenal d sini. Ini imbas dr siaran langsung sepakbola tempo doeloe. Disiarkan live. Melalui radio. Kita menyaksikan pertandingan sepakbola melalui radio. Mendengar suara pemandu saja. Radio Ujung Pandang (Makassar) sangat rajin menyiarkannya. Mungkin saat itu radio2 d Pulau Jawa melakukan hal yg sama. Tp sinyalnya tdk sampai d sini. Terlalu banyak penghalang. Sinyal Radio Banjarmasin dan Ujung Pandang bisa merambat dg leluasa d atas lautan. Yg dr barat paling banter Radio Denpasar-Bali: Gema Merdeka. Yg suara penyiarnya: Mbak Santi sy ingat sampai sekarang. Itu sebabnya saat Abah menyinggung Stadion Mattoanging. Sejenak terlintas di ingatan akan suara2 pertandingan nan seru dr sana. Dipicu geliat fanatisme yg menggelora. Puluhan tahun yg lalu...

Kategori :

Terkait

Sabtu 08-10-2022,05:05 WIB

Satria Kanjuruhan

Jumat 07-10-2022,05:05 WIB

Penyesalan Panggung