JAKARTA, RADARTASIK.COM - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati angkat bicara soal pelemahan rupiah.
Menurutnya, penguatan USD Amerika Serikat memukul semua mata uang di dunia, termasuk rupiah.
"Indeks USD mengalami penguatan hingga 110. Artinya, dolar menguat berarti lawan mata uang lainnya mengalami depresiasi,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin 26 September 2022.
“Makin kuat USD berarti lawannya melemah," jelasnya dikutip dari SUMEKS.CO.
BACA JUGA: 32 SD di Kota Tasik Dapat Peralatan Komputer Lengkap, Cecep : Berharap Bisa Menunjang ANBK
BACA JUGA: Oknum Guru Agama Lecehkan Tiga Siswa SMK, Modusnya Main Paksa...
Pelemahan rupiah juga dipicu naiknya suku bunga bank sentral Amerika Serikat yang dilakukan The Federal Reserve (The Fed) beberapa waktu lalu.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin menjadi di kisaran 3 - 3,25 persen dan diproyeksikan hingga akhir tahun suku bunga The Fed akan naik mencapai 4,4 persen.
Naiknya suku bunga The Fed membuat terjadinya aliran modal asing keluar (capital outflow) dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Outflow dari negara-negara emerging di alami berbagai negara termasuk Indonesia, bahkan Afrika Selatan, Brasil, termasuk Tiongkok. Ini tentu akan menimbulkan tekanan terhadap sektor keuangan," tegas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan kondisi tersebut membuat nilai mata uang negara-negara berkembang kian melemah karena tertekan USD dan mengalami depresiasi atau penyusutan.
Penyusutan tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga menimpa mata uang lain di negara-negara berkembang.
"Sebelumnya, sudah cukup mereda lalu kembali mengalami gejolak terutama pada September, Indeks saham global yang awalnya mulai pulih, juga terkoreksi lagi," ungkap Sri Mulyani.