PANGANDARAN, RADARTASIK.COM – Warga Kabupaten Pangandaran mengaku masih trauma ketika ada gempa bumi mengguncang.
Mereka masih teringat bagaimanan Tsunami menerjang daerahnya pada 2006.
Salah seorang warga Masawah Hadi Nurhadi (35) mengatakan, setiap kali ada informasi gempa berpusat di Pangandaran, dirinya selalu panik.
BACA JUGA: Jaga Kebersihan Sungai, Pramuka Kabupaten Pangandaran Tanam Mangrove
”Dulu waktu kejadian saya sedang berada di lokasi yang cukup jauh dari bibir pantai, tiba-tiba saja kaya ada suara dentuman keras. Sadar-sadar orang-orang teriak tsunami,” katanya kepada Radar, Kamis 28 Juli 2022, kemarin.
Saat itu, keluarganya selamat karena posisinya juga sedang jauh dari pantai. Namun beberapa tetangganya meninggal dunia.
”Hingga saat ini masih trauma. Ingat ketika tetangga ditemukan meninggal,” ucapnya.
BACA JUGA:Pilkades di 3 Desa Rawan Konflik, Polres Pangandaran Terjunkan 476 Personel Gabungan
Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran Nana Suryana juga ingat kejadian pada tanggal 17 Juli 2006. ”Saat itu sedang libur sekolah, hari Senin, festival layang-layang baru selesai dilaksanakan,” ujarnya.
Saat sore hari, terjadi gempa dengan getaran yang tidak cukup keras. ”Saat itu cenderung mengayun, karakteristik sebuah gempa yang biasannya disusul tsunami,” tuturnya.
Nana masih ingat, setelah gempa terjadi, banyak warga dan wisatawan berhamburan, berlarian dan berteriak histeris.
”Motor-mobil berseliweran, kondisinya kacau,” ucapnya.
Dia mengaku sangat panik dan berujung trauma. ”Beruntung keluarga saya selamat semua,” ujarnya.
Warga Parigi, Syamsul (36) mengaku tidak merasakan getaran gempa sebelum tsunami terjadi.
”Saya hanya mendengar teriakan dan kekacauan lalu lintas saat itu, keluarga saya selamat semua,” ujarnya.