TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM– Merespons fenomena memilukan di Singaparna, yakni perundungan yang berakibat kematian, sejumlah pegiat, aktivis dan komunitas berkoalisi mengkampanyekan simpatik stop bullying di taman kota, kemarin.
Direktur Taman Jingga Ipa Zumrotul Falihah, penggagas Koalisi Peduli Anak Tasikmalaya (KPAT) mengaku prihatin dan miris apa yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya.
Kata Ipa, hal itu tidak menutup kemungkinan terjadi juga di Kota Tasik.
Maka, di momen peringatan Hari Anak Nasional 2022, mereka bersama 15 lembaga, komunitas, organisasi dan lainnya mengkampanyekan itu di ruang publik.
BACA JUGA:KPAT Kampanye Stop Bullying: Luka Fisik Bisa Diobati, Tapi Luka Batin tak Terlihat
“Inisiasi kami bersama 15 komunitas lainnya membagikan selebaran edukasi. Intinya kita prihatin yang menimpa anak kita di Singaparna, supaya tidak terjadi di Kota Tasikmalaya,” tutur Ipa disela kegiatan, Minggu 24 Juli 2022, kemarin.
Menurutnya, bullying kerap terjadi di rumah tangga. Pola asuh yang salah, kurangnya perhatian orang tua akan tumbuh kembang anak, membuat hal yang tidak baik bagi psikis generasi itu terasa normal apabila dijadikan pemandangan wajar.
“Padahal, ini bisa menjadi mata rantai dan timbul dendam. Harus diputus, agar tidak ada rantai pembullyan selanjutnya,” tegas perempuan yang konsen mengadvokasi soal perundungan itu.
BACA JUGA:Ibu-Ibu Kampanye STOP Bullying dan Perundungan Anak di Taman Kota
Respons beberapa kalangan yang bergabung dalam kampanye simpatik terbilang baik. Pihaknya berencana mengedukasi secara masif ke wilayah skup terkecil sampai lembaga pendidikan atau sekolah.
“Sebab, praktik ini kerap kita temukan di persekolahan, seperti pemalakan, ejekan yang berakibat trauma dan enggan masuk sekolah sampai ada yang kecanduan mobile legend karena malas ke sekolah sering diolok-olok temannya. Itu salah satu kasus yang kami dampingi beberapa waktu lalu,” katanya menceritakan.
Menurutnya, fenomena bully juga kadang dipertontonkan di gawai, dan tidak jarang dicontoh anak yang kurang diperhatikan orang tua.
Sehingga perbuatan itu seolah hal wajar dan dilakukan di dunia nyata.
BACA JUGA:Ugal-ugalan di Dadaha, Sejumlah Remaja Nyaris Diamuk Warga
“Maka kita bersama 15 komunitas, forum serta organisasi yang berkoalisi hari ini komitmen kontinyu edukasi masif ke masyarakat. Terkadang, praktik bully tidak menimpa anak tapi juga orang dewasa,” beber Ipa.