BACA JUGA:Suara Mahasiswa soal Pembangunan Semi Pedestrian HZ dan Pedestrian Cihideung: Pemkot Harus Serius...
Ivan berharap pengerjaan HZ Mustofa dan Cihideung bisa tuntas sebelum hari ulang tahun daerah Oktober mendatang.
Supaya, wajah pusat kota yang ditaksir bakal pangling itu bisa menjadi kado istimewa masyarakat, terutama menjadi ikon dan kebanggaan ke depan.
“Sejauh ini juga pelaksanaannya terbilang lancar, dan kita harap tidak ada kendala,” harap Ivan.
Jangan Hanya Sebatas Bangunan Fisik
Kota Tasikmalaya menjadi referensi pusat kota industri di wilayah Priangan Timur. Ini mengharuskan percepatan pembangunan. Tetapi pembangunan tidak sebatas infrastrukurnya. Seperti yang diutarakan aktivis Mahasiswa Tasikmalaya Barirosdi Amrulloh.
Menurut dia, desain sebuah kota mempengaruhi percepatan indeks pembangunan manusianya. Dari mulai perilaku serta karakter masyarakat. Sebab, ruang kota milik publik bertindak sebagai generator interaksi sosial dan budaya.
“Pola perilaku masyarakat sendiri yang menentukan cara menggunakan ruang yang sudah diciptakan. Oleh karena itu, desain perkotaan harus didasarkan pada bagaimana memenuhi nilai-nilai kemanusiaan,” tuturnya hari Jumat kemarin.
Seharusnya, kata dia, desain perkotaan disesuaikan dengan kebutuhan manusianya. Dimana masih banyak terdapat masalah yang terjadi sehubungan dengan perilaku masyarakat itu sendiri.
Salah satu masalah yang dihadapi di beberapa kota di Indonesia adalah ketidakteraturan penggunaan pedestrian.
“Pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan sumbu jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keselamatan pejalan kaki yang bersangkutan,” katanya.
Aktivis dengan sapaan akrab Bari ini merinci, pedestrian saat ini dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mal.
Jalur pedestrian yang baik harus dapat menampung setiap kegiatan pejalan kaki dengan lancar dan aman.
“Seharusnya sistem pedestrian yang baik akan mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat kota, meningkatkan atau mempromosikan sistem skala manusia, menciptakan kegiatan usaha yang lebih banyak, dan juga membantu meningkatkan kualitas udara,” bebernya menganalisa.
Namun dalam kenyataannya, lanjut dia, seringkali jalur pedestrian tidak berfungsi maksimal. Bahkan tidak difungsikan sama sekali sebagaimana fungsi awalnya sebagai jalur pejalan kaki.
Melihat beberapa fasilitas pembangunan yang sudah dilaksanakan di Kota Tasikmalaya, ia menilai hanya sebatas pembangunan fisik saja.