"Selama itu kami hanya menggunakan jembatan darurat yang dibangun oleh karangtaruna Desa Cayur menggunakan pohon kelapa," kata Eris Nursamsi menjelaskan efek setelah jembatan utama putus.
Jembatan yang putus tersebut, kata Eris, satu-satunya akses bagi masyarakat Desa Sindangasih, baik akses ekonomi, pendidikan dan lainnya.
Saat ini karena sering terjadinya hujan deras, jembatan darurat itu terendam air Sungai Cimendang.
"Itu sudah terjadi selama satu minggu ini, perekonomian masyarkat terganggu," kata Eris.
Terkadang, karena air sungai merendam jembatan darurat itu, masyarakat harus menunggu surut terlebih dahulu bila akan melewati jembatan itu.
"Kami dan masyarkat harus menunggu air surut jam berapa pun bila akan melewati jembatan itu, bahkan kemarin saya jam 12 malam harus menunggu surut sepulang dari Kabupaten Tasikmalaya," katanya.
Menurut dia, jembatan putus tersebut dibangun pada tahun 2014 tetapi saat masuk tiga tahun jembatan itu putus karena diterjang air sungai bagian penyangga tengahnya.
"2016 itu rusak hingga saat ini belum ada perbaikan," kata dia.
Selama ini, pihak Desa Sindangasih dan Cayur sudah beberapa kali mengajukan pembangunan kembali jembatan itu, hanya saja belum ada realisasinya.
"Sebelumnya katanya ada pembangunan di 2021, tetapi diundur lagi 2022, katanya juga ada di 2023, mudah-mudahan saja ada, karena memang itu merupakan jalan milik Kabupaten Tasikmalaya," jelas Eris.