Radartasik.com, Pencegahan bunuh diri memerlukan kolaborasi dari semua pihak, karena masalah bunuh diri merupakan masalah universal. Segala hal tentang bunuh diri juga merupakan hal serius.
Jangan sampai ada lagi kasus bunuh di Tasikmalaya dan sekitarnya. Untuk itu semua pihak harus terlibat dalam upaya-upaya pencegahannya.
Psikiater, Kepala Instalasi Rehabilitasi Psikososial dari RS dr H Marzoeki Mahdi Bogor dan RS Siloam Bogor, dr Lahargo Kembaren SpKJ memberikan paparan tentang fenomena bunuh diri.
“Setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua, perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi dan juga semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi,” ujar dr Lahargo Kembaren SpKJ beberapa waktu lalu.
Dampak yang disebabkan oleh fenomena bunuh diri ini juga bukanlah hal yang ringan, kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri. Menurutnya, untuk setiap 1 kasus bunuh diri terdapat 135 orang yang terkena dampaknya.
Menurut World Health Organization (WHO), lembaga kesehatan dunia, angka kejadian bunuh diri setiap tahun ada 800 ribu orang, jadi dalam 40 detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri.
Angka terbanyak kejadian bunuh diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. 1,4 persen kematian di seluruh dunia disebabkan oleh bunuh diri.
Seorang yang melakukan bunuh diri atau pun masih mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka sebenarnya ingin penderitaan konflik yang dialaminya cepat berakhir.
Hanya sayangnya, bunuh diri yang menjadi pilihan karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan. Ada beberapa tanda dan gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan.
Dimulai dengan berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin bunuh diri. Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan untuk hidup. Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website mengenai cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak.
Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat berat. Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan keluar. Merasa sakit yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis. Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
Tak jarang, orang yang sakit psikis berkepanjangan, melarikannya ke minuman keras atau narkoba. Dia juga berprilaku cemas dan agitasi. Menarik diri dari keluarga dan teman teman. Perubahan pada pola tidur dan pola makan. Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam.
Bahkan, melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil kencang dan ugal ugalan. Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering. Perubahan mood yang ekstrem, dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan sangat gembira.
Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti kuliah/ bekerja. Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga. Membuat surat wasiat. Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri dan kematian
Kategori :