Budidaya Anggrek di Tawang Banteng Dongkrak Ekonomi Warga saat Pandemi

Budidaya Anggrek di Tawang Banteng Dongkrak Ekonomi Warga saat Pandemi

RADARTASIK.COM, SUKARATU - Dosen Universitas Siliwangi Tasikmalaya melakukan pengabdian kepada masayarakat dengan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Budidaya dan Aklimatisasi Tanaman Anggrek secara In Vitro pada Kelompok Tani Subur Makmur Desa Tawangbanteng Kecamatan Sukaratu di rumah Kelompok Subur Makmur, Sabtu (12/6/2021).


Ketua Kelompok Pengabdian kepada Masyarakat Prof Dr H Kartawan SE MP mengatakan, pelatihan tersebut sebagai upaya meningkatkan ekonomi di saat pandemi Covid-19. Sejatinya dalam kesulitan itu, ada kemudahan.

“Di masa pandemi ini terdapat berbagai kesulitan, namun ternyata ada peluang-peluang. Jika dilihat, kondisi ekonomi secara keseluruhan, ternyata bidang pertanian masih bisa tumbuh. Sedangkan sektor yang lainnya relatif menurun,” ujarnya kepada Radar, Sabtu (12/6/2021).

Kartawan menyebutkan, di sisi lain orang makin banyak di rumah, terutama di perkotaan. Mereka sering mengisi kegiatannya itu dengan bertanam. Khususnya di kelas menegah ke atas, tanaman hias seperti anggrek merupakan salah satu alternatif yang cukup banyak peminatnya.

Dari sisi petani, ini harganya relatif lebih mahal dibanding bunga-bunga yang lain. Untuk sasarannya kelompok tani, namun harapannya dapat bergulir. Bukan hanya kelompok subur makmur ini saja, melainkan ada yang dari daerah lainnya.

“Program kementerian ini, nantinya ada pembinaan dan bagaimana prakteknya. Harapannya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, bukan hanya yang dibina tapi juga sekitarnya. Karena akan melibatkan kegiatan-kegiatan lainnya,” ucapnya.

Lanjut Kartawan, untuk pemasarannya nanti ada asosiasi. Selain pasarnnya saat ini sedang bagus, produsen anggrek sangat jarang. Sehingga menjadi peluang untuk usaha.

“Pangsa pasarnya dengan kondisi panedmi ini bertambah. Biasanya, orang kalau di rumahnya suka sebentar, lebih sibuk di luar dan pulangnya malam. Sekarang sebagian pekerja ada yang WFH, setengahnya, jadi mengisi kekosongan itu, sehingga pasarnya menjadi lebih luas,” kata dia.

Egi Nuryadin SPd MSi menyampaikan, dalam memilih tanaman anggrek sebetulnya melihat potensi dari gunung galunggung. Pasalnya, beberapa kali penelitian itu, sangat bagus terhadap representatif terutama bagaimana dikembangkannya tanaman anggrek ini.

“Dengan teknologi yang baru bagi masyarakat Ciponyo, kita menggunakan teknik kultur jaringan. Bagaimana cara menumbuhkan di mulai dari pembibitan sampai tahap aklimatisasi, hingga nanti ketika anggrek sudah besar bisa dijual untuk bisa meningkatkan ekonomi,” ucapnya.

Sejauh ini, kata dia, harga jual untuk tanaman hias seperti anggrek di masa pemdemi ini untuk pembibitan sendiri 1 botol mencapai Rp 60.000 hingga Rp 80.000. “Itu bisa dari 1 biji, kebayang jika banyak biji dalam satu botol. Itu bisa menghasilkan rupiah cukup banyak,” ujar dia.

Untuk tanaman ini, kata dia, botolnya harus dari kaca, seperti bekas kecap mau berukuran kecil atau pun yang berukuran besar. Sedangkan jika dari bahan plastik tidak bisa. Jika sudah di pot, namanya sudah aklimatisasi, jadi dalam kultur jaringan itu dalam botol.

Kata dia, untuk pemasaran nantinya akan bekerja sama dengan UMKM. Sekarang difokuskan terlebih dahulu ke proses pembibitan. Walaupun nantinya akan dibantu untuk pemasarannya.

Wakil Ketua Kelompok Sumber Makmur Hotib Mawahid mengatakan, melalui pelatihan ini semua anggota kelompok bisa memahami karakteristik anggrek, sehingga lebih terampil dalam membangun satu usaha dan usaha itu akan menghasilkan income yang baik untuk keluarganya.

“Yang tadinya saat ini hanya sekadar hobi bisa di tingkatkan, bisa dijadikan penghasilan sampingan. Bahkan jika direstui oleh Allah itu akan berkembang dan menjadi penghasilan utama,” ucapnya. (obi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: