Pengrajian Tempe & Tahu Mogok Produksi, TPID Kota Tasik Harus Ambil Langkah
Reporter:
agustiana|
Sabtu 29-05-2021,14:15 WIB
TASIK - Aksi mogok produksi untuk komoditas tahun dan tempe di Kota Tasikmalaya disayangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasik, Tedi Setiadi mengatakan, mogok produksi pengrajin tahu dan tempe membuat pihaknya sedih. Karena mogok ini imbas dari kenaikan harga kedelai.
"Ini akan sangat berdampak pada para konsumen tahu dan tempe," katanya kepada radartasik.com, Sabtu (29/05/21) siang.
Terang dia, kenaikan harga kacang kedelai ini masih tinggi. Bahkan kenaikan itu sangat signifikan mulai dari Rp10.000 per kilogram, Rp11.000 per kilogram, bahkan saat ini mencapai Rp 12.000 per kilogram.
"Mahalnya kedelai impor itu diharapkan para pengrajin ini menggunakan kedelai lokal. Walaupun kualitas tidak sebaik kedelai impor," terangnya.
Beber dia, kurang bagusnya kualitas kacang kedelai lokal bila dijadikan sebagai bahan baku tempe dan tahu itu, menjadi sebuah tantangan bagi Pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan Perikanan.
"Kami terus berupaya kepada Kementerian Pertanian agar kualitas kedelai lokal bisa berkualitas impor dan bisa bersaing," bebernya.
Tedi menambahkan, kualitas lokal sendiri bila digunakan sebagai bahan baku tahu tempe cepat masam dan tidak mengembang hasilnya.
Tetapi untuk kestabilan harga kedelai sendiri pihaknya akan berkoordinasi dengan Diskoperindag untuk acuan harga.
"Kami akan mendesak TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) agar mencari solusi dalam mengatasi permasalah mogok produksi ini," tambahnya.
Bahkan pihaknya akan terus meberikan edukasi kepada para petani agar saat ini terus mengembangkan penanaman kacang kedelai.
"Sebetulnya petani kacang kedelai itu sudah banyak. Hanya saja petani memanen muda untuk dijual sebagai kacang sisil dan lebih untung bila secara material bila dipanen muda dibandingkan dijual sudah kering," jelasnya.
Apalagi, bila dipanen muda harga jualnya mencari Rp5.000 per kilogram setiap satu ikatnya, sedangakan dijual kering setiap satu kilogramnya cukup murah di kisaran Rp 4.000 per kilogram sampai Rp 6.000 per kilogram.
"Kedepannya kami akan terus berupaya agar kualitas kedelai lokal sendiri bisa bersaing dengan impor," pungkasnya. (rezza rizaldi / radartasik.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: