Perajin Tempe di Kota Tasik Perkecil Ukuran, Ini Sebabnya..

Perajin Tempe di Kota Tasik Perkecil Ukuran, Ini Sebabnya..

KOTA TASIK - Sejak sebulan terakhir, harga kedelai di Kota Tasik melonjak tinggi di pasaran. 

Kini, harga kedelai menjadi Rp10.200 per kilogram. Sebelumnya, harga kedelai di pasaran hanya kisaran Rp6.500 per kilogram. 

Hal tersebut mempengaruhi produksi para perajin atau produsen tempe.

Seperti produsen tempe di Jalan Ampera, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipesdes yang biasanya terisi penuh tempe, Kamis (27/05/21) siang mulai kosong melompong.

Salah satu pengrajin tempe di Jalan Ampera, Agus Gunawan (36) mengakui, saat ini berhenti dulu memproduksi tempe hingga dua hari ke depan. 

”Katanya sih mogok produksi tanggal 27 Mei 20121 hingga dan 31 Mei 2021. Hal ini tidak lepas dari kenaikan harga kedelai secara drastis setiap hari," ujarnya kepada radartasik.com.

"Meskipun ukurannya diperkecil berpengaruh pada jumlah produksi yang menurun, konsumen juga tidak mau harga dinaikkan otomatis memperkecil ukuran,” sambungnya.

Dia menyebutkan, kenaikan harga berpengaruh pada penurunan omzet. Sebab, kenaikannya tidak stabil.

"Harga normal diangka Rp6.500—Rp7.000 per kilogram. Sekarang sampai Rp9.200 per kilogram. Bahkan menyentuh Rp10 ribu per kilogram,” tambahnya.

Selain itu, tambah dia, para pedagang tempe juga menghadapi harga kedelai impor yang terus merangkak naik. Hal itu selalu terjadi tiap tahun.

”Kami curiga dengan pemerintah hampir tiap akhir tahun pasti mengalami kenaikan harga kedelai. Padahal sumber perekonomian kami dari produksi tempe,” tambahnya.

Jelas dia yang menjadi produsen tempe dengan meneruskan usaha keluarga sejak 2010 tersebut, usahanya terus bertahan meskipun keadaan tidak stabil.

"Harapan pengrajin tempe perlu segera solusi dari pemerintah agar bisa produksi kembali,” jelasnya. 

(rezza rizaldi/radartasik.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: