Pasutri Warga Rajapolah Tasik, Puluhan Tahun Mengolah Pandan Berduri

Pasutri Warga Rajapolah Tasik, Puluhan Tahun Mengolah Pandan Berduri

RAJAPOLAH - Perajin pandan berduri atau jaksi asal Kampung Cimanggung RT/RW 01/04 Desa Manggungsari Kecamatan Rajapolah masih bertahan untuk mengelola bahan dari kerajinan anyaman ini. Karena, mengelola tanaman kerjainan ini menjadi upaya bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah sulitnya ekonomi saat pandemi Covid-19.


Maman (70), salah satu perajin pandan berduri mengatakan, sejak tahun 1970 sudah mula menggeluti kerajinan pandan berduri. Karena ini menjadi bahan utama dalam membuat kerajinan yang ada di Rajapolah. Dia pun akhirnya menyewa tanah milik PJKA untuk ditanami pandan berduri. Sehingga mencarinya tidak perlu jauh, karena masih terjangkau dekat rumah.

“Pandan berduri itu masih banyak yang memesan dan biasa dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam kerajinan anyaman,” ujarnya kepada Radar, Selasa (25/5/2021).

Maman mengungkapkan, daun ini nantinya akan dibuat untuk bahan kerajinan seperti tas, tikar, sendal dan banyak lagi. Sehingga masih menjadi bahan baku utama dalam membuat kerajinan khas Rajapolah. “Sehari hanya dapat 4 kg jaksi atau daun pandan berduri yang siap diambil pembeli,” ujar dia.

Kata dia, usahanya sempat berhenti selama satu tahun saat pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Sekarang baru dimulai lagi untuk menyiapkan tanaman pandan berduri ini, karena setiap harinya selalu ada yang datang ke rumah untuk membawa jaksi ini.

“Sekarang selama pandemi Covid-19 suka ada bandar yang datang ke sini untuk membawa barang-barang ini. Sebelumnya kita yang selalu mengirimkan ke toko-toko yang ada tempat penjualan kerajinan di Rajapolah,” kata dia.

Menurut dia, proses membuat jaksi dari pandan berduri ini pertama-tama harus dibersihkan terlebih dahulu ketika pandan baru diambil dari kebun. Kemudian dipisahkan yang berdurinya. Lalu daun dipotong agar ukurannya sama, setalah semua selesai berikutnya daun tersebut direbus beberapa jam.

Setelah direbus, kata dia, daun pandan atau jaksi yang sudah tidak berduri itu direndam selama satu malam agar lentur dan mudah dianyam. Setelah direndam daun pandan yang sudah dipotong-potong itu harus dijemur hingga benar-benar kering.

“Jika sudah kering, helai demi helai daun pandan disatukan. Setelah proses demi proses telah dilalui, lalu helaian pandan yang dalam kondisi kering tersebut kini sudah bisa dianyam untuk dibuatkan berbagai macam kerajinan. Kekuatannya pun bisa lebih dari satu tahun, asalkan jangan terkena air,” ucapnya.

Nonah (68), istri Maman mengungkapkan, daun pandan berduri yang telah dikeringkan tersebut saat ini dijual Rp 25.000 per kg, padahal sebelumnya Rp 35.000 per kg.

“Karena pandemi, harganya pun turun. Mau bagaimana lagi, kondisinya seperti ini. Segini juga alhamdulillah ada bandar yang mau membeli,” kata dia. (obi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: