Kontras Gaya Komunikasi Viman dan Diky Jadi Sorotan Warga Kota Tasikmalaya

Spanduk yang dipasang pengunjukrasa terpasang di muka Gedung Bale Kota Tasikmalaya, pekan lalu. istimewa for radartasik.com--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Perbedaan gaya komunikasi antara Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi Ramadhan dan Wakil Wali Kota Diky Chandra semakin menjadi perbincangan publik.
Sejak dilantik, keduanya menampilkan pendekatan yang kontras dalam menjangkau masyarakat.
Wakil Wali Kota Diky Chandra tampak lebih aktif hadir secara langsung, mulai dari menerima audiensi, menemui massa aksi, hingga terlibat dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti membersihkan selokan bersama warga.
Sebaliknya, Wali Kota Viman dinilai lebih mengutamakan pendekatan birokratis dan komunikasi melalui media sosial.
BACA JUGA:Bupati Tasikmalaya Panggil Seluruh Kepala Dinas untuk Evaluasi Program dan Anggaran
Ia lebih sering terlihat di balik meja, fokus pada koordinasi internal dan penyampaian informasi melalui kanal digital.
Seniman Tasikmalaya, Ashmansyah Timutiah, mengingatkan bahwa pendekatan seperti ini dapat menciptakan jarak simbolik antara pemimpin dan masyarakat.
Menurutnya, masyarakat membutuhkan kehadiran pemimpinnya secara nyata, bukan sekadar melalui unggahan digital.
“Viman belum berhasil menampilkan dirinya secara langsung di tengah warga. Kita merindukan sosok pemimpin yang menyapa rakyatnya, yang hadir secara fisik dan mendengarkan langsung keluh kesah mereka, bukan hanya lewat kamera atau tim media sosial,” ujar Ashmansyah.
BACA JUGA:Jalan Rusak di Sambongjaya Tasikmalaya Dikeluhkan Warga, Sering Sebabkan Kecelakaan
Ia menekankan bahwa masyarakat Tasikmalaya menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan kedekatan emosional.
Dalam budaya lokal, kehadiran pemimpin secara fisik lebih bermakna dibanding sekadar narasi keberhasilan di media.
“Jika terlalu bergantung pada media sosial, ada risiko pemimpin dianggap jauh, elitis, dan kurang memahami kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini bukan hanya soal program, tapi juga soal rasa,” lanjutnya.
Ashmansyah juga menyoroti munculnya narasi publik yang membagi peran Viman dan Diky secara ekstrem. Satu bersifat administratif, satu lagi kultural.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: