Lapangan Panas, Kritik Makin Membara: Mahasiswa Sidang Terbuka Pejabat Pemkot Tasikmalaya

Lapangan Panas, Kritik Makin Membara: Mahasiswa Sidang Terbuka Pejabat Pemkot Tasikmalaya

Suasana audiensi terbuka di halaman Bale Kota Tasikmalaya, Jumat 2 Mei 2025. rezza rizaldi / radartasik.com--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM — Matahari siang menyengat tanpa ampun di langit Kota Tasikmalaya, kemarin Jumat 2 Jumat 2025. 

Tapi teriknya bukan satu-satunya hal yang membakar suasana di halaman Bale Kota Tasikmalaya sore itu. 

Di tengah lapangan upacara yang biasanya menjadi tempat seremoni formal, puluhan aktivis mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya berkumpul, bukan untuk memperingati sesuatu—melainkan untuk mempertanyakan segalanya.

Forum yang mereka sebut sebagai audiensi terbuka itu berlangsung dalam format tak biasa: para pejabat dipanggil satu per satu ke tengah lapangan, seperti murid yang dipanggil guru untuk absen. 

BACA JUGA:Penyebab Kebakaran Warung Nasi di Area Proyek Kantor BSI Kota Tasikmalaya Masih Diselidiki Polisi

Bukan di ruang rapat, bukan di balik meja panjang, melainkan di atas rumput yang panas oleh cuaca dan suasana.

Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi Ramadhan, Wakil Wali Kota Raden Diky Chandra, Sekretaris Daerah, kepala dinas hingga kepala UPTD—semua diminta hadir secara langsung. 

Mereka diminta duduk berjejer di atas rumput, bukan di kursi empuk, sebagai simbol bahwa hari itu bukan hari biasa: ini hari pertanggungjawaban.

Para mahasiswa tak hanya hadir membawa semangat, tapi juga daftar panjang pertanyaan, kritik, bahkan kekecewaan. 

BACA JUGA:Kebocoran Gas Diduga Picu Kebakaran Warung Nasi di Area Proyek Kantor BSI Kota Tasikmalaya

“Lapangan ini panas, tapi bukan hanya karena matahari. Ini panasnya akuntabilitas!” seru salah satu orator dari PMII, membuka forum dengan nada yang menyentak perhatian.

Diskusi dimulai dengan evaluasi terhadap kinerja kepala dinas, dilanjut dengan pertanyaan tentang rencana rotasi dan mutasi jabatan, serta penilaian atas program 100 hari kerja duet kepemimpinan Viman-Diky. 

Tak berhenti di sana, isu lingkungan juga dibawa ke permukaan, termasuk dugaan pencemaran di kawasan Ciangir, Kecamatan Tamansari.

“Evaluasi katanya sudah dilakukan, terus apa hasilnya? Jangan cuma dicatat, didata terus, tanpa perubahan nyata,” teriak Deden Faiz, salah satu aktivis PMII, lantang. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: