Komunitas Brantas Selaraskan Hobi & Bisnis
Reporter:
syindi|
Selasa 30-03-2021,11:45 WIB
Komunitas BranAjangan Tasikmalaya (Brantas) tak berhenti berkreasi. Meski hanya seputar latihan bersama atau menggelar event lokal, namun gerakan kecil mereka cukup tepat. Ini ditandai dengan antusiasnya peserta dan pehobi branjangan dalam mengikuti event latihan bersama. Namun ada hal berbeda dengan komunitas satu ini. mereka membidik peluang bisnis. Seperti apa..?
Event silaturahmi sekelas nasional telah sukses digelar pada awal tahun lalu dengan tema Brantas Vaganza. Demikian pula di pekan terakhir bulan Maret, event serupa dilangsungkan di Pasar Burung Cikurubuk yang dikerjasamakan dengan PPBC dan Harian Pagi Radar Tasikamalaya.
“Kami berterima kasih kepada pehobi branjangan, karena melalui kegiatan latihan bersama ini menumbuhkan solidaritas dan menggeliatnya ekonomi warga pasar burung. Dukungan peAmerintah meAlalui Gugus Tugas pun cuAkup baik. SeAhingga pelaksanaan kegiatan berjalan lancar dengan mengutamakan protokol kesehatan,” ungkap H Teguh Taufiq S.Ag, selaku ketua Brantas.
Sisi lain aktivitas Brantas --selain menikmati kicau burung kesayangan--, adalah aspek bisnis. Yah, bisnis burung branjangan yang bisa menginspirasi para Kicau mania. Ada dua pilihan yang bisa menginspirasi para Kicau mania. Pertama belajar dan memorsikan diri sebagai pengepul. Pada posisi ini, Kicau mania mem-booking branjangan anakan atau trotolan dari breeding (pembiakan/peternak). Kedua terjun dan belajar menjadi breeding.
“Harga trotolan BR (branjangan, red) sekitar 7 sampai 8 jutaan. Ini potensi yang harus digali dan bisa membangkitkan ekonomi masyarakat. Jadi kami tidak sekadar senang-senang, tetapi ada kejaran lain, yaitu bisnis,” kata pria berambut plotos itu sekaligus menginspirasi.
Pemikiran Teguh ini sejatinya bukan obrolan kosong. Di Brantas, ada dua breeding yang telah sukses. Keduanya adalah Wawan Kartiwa alias Wan Avok dan Hendra Willyz. “Om Avok dan Om Hendra sekarang mulai kewalahan kebanjiran order. Kalu mau beli anakan branjangan, harus waiting list dulu,” jelasnya.
Sekadar informasi, trotolan branjangan memiliki harga pasar yang menggiurkan. Harga terendah yaitu 7 jutaan dan setelah usia dua bulan harganya mulai menanjak. Ini ditentukan dengan kondisi burung, yakni apakah rajin belajar bunyi atau burung anakan malah gagal jinak. Baik Wan Avok —pemilik ring WA–dan Hendra —pemilik ring Willyz–menyarankan pembeli trotolan branjangan agar telaten dalam hal perawatan dan penjinakan.
Burung branjangan bernama latin mirafra javanica adalah spesies burung kicau yang termasuk kedalam famili alaudidae. Burung ini mendiami padang rumput di sebagian besar Australia dan sebagian besar Asia Tenggara. Branjangan memiliki bulu warna coklat dengan garis-garis abu-abu dan bintik-bintik.
Di Indonesia, javanica mempunyai empat subspesies. Yakni mirafra javanica javanica (javanica), mirafra javanica parva (parva), mirafra javanica aliena, dan mirafra javanica timorensis. Dari empat jenis itu, branjangan jawa atau mirafra javanica javanica yang paling diburu dan harganya paling tinggi. Jenis ini memiliki suara nyaring dan pintar menirukan suara burung lain.
Di alam liar, populasinya makin menipis dan nyaris punah. Perburuan dilakukan masif sejak 1990-an. Kondisi itu membuat gantangan branjangan makin sepi lantaran jumlah burung terus berkurang.
Beruntung, peternak Kota Tasikamalaya Wan Avok dan Hendra Willyz mulai menuai sukses mengembangbiakkan branjangan. Usaha keduanya sekaligus menyelamatkan populasi branjangan di alam liar. (try)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: