Dinsos Kota Tasikmalaya Disentil Kurang Proaktif Tangani Anak Jalanan, Jargon Hebat Harus Ada Tindakan Nyata

Dinsos Kota Tasikmalaya Disentil Kurang Proaktif Tangani Anak Jalanan, Jargon Hebat Harus Ada Tindakan Nyata

Mahasiswa dari BEM STIA YPPT Priatim sedang berbincang dengan salah seorang anak yang beraktifitas menjadi badut karakter di Kota Tasikmalaya, kemarin Rabu 1 Mei 2024. istimewa--

TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tasikmalaya dinilai mahasiswa kurang proaktif dalam menangani berbagai persoalan sosial masyarakat, terutama yang melibatkan anak-anak jalanan (anjal). Karena mereka membutuhkan perhatian pemerintah.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) YPPT Priatim telah melakukan gerakan sosial yang melibatkan interaksi langsung dengan anak jalanan dan tuna wisma, kemarin Rabu 1 April 2024.

Beberapa di antara mereka bahkan terpaksa tidur di pelataran toko karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak.

Ketua BEM STIA YPPT Priatim, Satya Purba Wibawa, mengungkapkan bahwa melalui gerakan tersebut, mereka menemukan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh anak jalanan. 

BACA JUGA:Inovasi Warga Kota Tasikmalaya, Ciptakan Alat Pembakar Sampah Sedikit Asap yang Ramah Lingkungan

Sebagian dari mereka bahkan tidak memiliki tempat tinggal yang layak. "Ada yang tidak memiliki tempat tinggal untuk kembali," ujarnya, Kamis 2 April 2024.

Mereka merasa terpinggirkan di negeri sendiri karena tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, sehingga terpaksa bertahan hidup dengan cara mandiri di jalanan. 

Seringkali mereka bertahan hidup dengan mengumpulkan barang bekas untuk dijual dan uangnya digunakan membeli makanan.

Tak hanya itu, beberapa di antara mereka juga terungkap sebagai anak di bawah umur. 

BACA JUGA:ASN, Guru, Mahasiswa dan Pelajar Kota Banjar Terbitkan 47 Buku Berbagai Judul saat Hari Pendidikan Nasional

Selain harus menghadapi kesulitan hidup di jalanan, mereka juga kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. "Mereka putus sekolah di kelas 8 SMP," terangnya.

Satya melanjutkan bahwa dari hasil percakapan dengan mereka, terungkap bahwa mereka merasa tidak mendapat perhatian dari pemerintah. 

Meskipun ada yang pernah terjaring dalam razia, namun hanya diberikan pembinaan sementara.

"Tidak ada solusi yang ditawarkan untuk membantu mereka meningkatkan kualitas hidupnya," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: