LPHD Pangalima Jerrung dan Warga Dumaring Diberi Pemahaman tentang Snake Awareness, P3K, dan Kedaruratan

LPHD Pangalima Jerrung dan Warga Dumaring Diberi Pemahaman tentang Snake Awareness, P3K, dan Kedaruratan

Anggota dan Pengurus LPHD Pangalima Jerrung dan warga Kampung Dumaring difoto bersama para trainer dari Yayasan Sioux Ular Indonesia usai pelatihan Snake Awareness pada Selasa, 20 Februari 2024. -Sandy AW-Radar Tasikmalaya

BACA JUGA:Produknya Serba Alami, KUPS Ecoprint dan Industri Kreatif Kampung Dumaring Buka Peluang Kerja bagi Warga

Adapun mengenai pelatihan P3K berupa Bantuan Hidup Dasar, Nandang menjelaskan bahwa pelatihan tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada para anggota dan pengurus LPHD Pangalima Jerrung tentang bagaimana cara menangani peristiwa kecelakaan tak terduga atau kecelakaan kerja saat berpatroli di hutan. Misalnya, jatuh yang menimbulkan luka. 

”Bagaimana pertolongan pertamanya? Ini wajib kita ketahui,” ujar Nandang saat memberikan sambutan pada pembukaan acara pelatihan. 

Nandang menjelaskan, ketika anggota LPHD Pangalima Jerrung masuk ke dalam hutan kemudian terjadi kecelakaan—mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi—pertolongan dari ahlinya, misalnya dokter dan paramedis di puskesmas, baru bisa diperoleh dengan minimal 4 jam perjalanan.

Oleh karena itu, menurut Nandang, sebelum pertolongan dari ahlinya itu didapatkan, tim patroli-pemantauan harus tahu cara melakukan pertolongan pertama bagi korban kecelakaan di lokasi terjadinya kecelakaan di hutan. 

BACA JUGA:Makin Pede, Pemasaran dan Pengemasan Aren Kampung Dumaring Kian Lebih Baik

Mengenai pelatihan Kedaruratan, Nandang menyatakan pihaknya mengharapkan tim patroli-pemantauan memahami cara-cara menangani keadaan yang membutuhkan penanganan segera atau darurat. 

Ujung dari semua pelatihan ini adalah dibuatnya SOP (prosedur standar) keselamatan kerja patroli-pemantauan. Jadi, nanti ketika anggota LPHD Pangalima Jerrung akan melaksanakan kegiatan patroli dan pemantauan, ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum berangkat ke lokasi. 

Nandang menegaskan, kalau persyaratan keselamatan kerja tidak terpenuhi, misalnya, obat-obatan atau peralatan survival (bertahan hidup) tidak lengkap atau tidak berfungsi dengan baik, lebih baik tidak patroli. 

Nandang mengingatkan semua partisipan pelatihan bahwa keselamatan itu lebih utama dibanding apa pun. ”Do it safely or not at all (lakukan dengan selamat atau tidak sama sekali),” tuturnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: