Kisah Abu Nawas Prank Baginda Raja! Katakan Unta Bisa Masuk ke Lubang Jarum

Kisah Abu Nawas Prank Baginda Raja! Katakan Unta Bisa Masuk ke Lubang Jarum

Abunawas bikin heboh taklukan pertanyaan seorang atheis.-Wikipedia-

Kisah Abu Nawas Prank Baginda Raja! Katakan Unta Bisa Masuk ke Lubang Jarum

RADARTASIK.COM - Kisah 1001 malam sangat terkenal. Ada sosok Abu Nawas tokoh kocak dan cerdas yang selalu lolos dari ujian sahabatnya Baginda Raja Harun Al Rasyid.

Abu Nawas memang benar adanya. Dia lahir tahun 747 Masehi sebagai anak yatim di kota Ahvaz, Iran.

Nama lengkap Abu Nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Setelah ayahnya meninggal dia dibawa ibunya ke Kota Basra, Irak.  

Di sana dia belajar beberapa ilmu agama seperti ilmu hadits, sastra Arab, dan ilmu Al-Quran.

BACA JUGA:Nih, Kenapa PNS Berhak Dapat Gaji ke-13 dari Pemerintah? Ini Penjelasannya

Tapi Abu Nawas sosoknya lebih dikenal sebagai orang jenaka yang cerdas.

Banyak kisah tentang dia dan sahabatnya Baginda Raja Harun Al Rasyid. Kisah 1001 malam menggambarkan bagaimana cerdasnya sosok Abu Nawas lolos dari jebakan-jebakan tidak masuk akal dari sahabatnya.

Simak saja kisah Abu Nawas dan Raja Harun Al Rasyid berikut ini.

Suatu hari Baginda Raja Harun Al Rasyidminta pengawalnya memanggil Abu Nawas. Raja ingin ditemani sahabatnya jalan-jalan melepaskan kejenuhan dari rutinasnya.

Berjalanlah mereka berdua menyusuri pantai. Baginda Raja berhenti ingin membasuh muka dan tangan dengan air laut. 

"Abu Nawas, menurutmu kenapa air laut itu asin?" tiba-tiba Baginda Raja bertanya ke Abu Nawas.

BACA JUGA:CEK Harga dan Spesifikasi Redmi Note 12 Pro 5G, Jawara Note Series 2023

Menerima pertanyaan itu Abu Nawas yang cerdas gesit menjawab. "Baginda, air laut itu tidak mengalir. Selamanya ada di tempatnya. Agar air laut itu tidak busuk, para leluhur kita dulu memberinya garam. Jadilah air laut rasanya asin."

Baginda Raja tergelak tawanya hingga terpingkal-pingkal. Senang dengan jawaban jenaka Abu Nawas.

Raja lalu mengajak Abu Nawas berjalan lagi. Tiba-tiba dari kejauhan mereka melihat ada benda berkilauan.

Baginda Raja penasaran dan mengajak Abu Nawas mendekati benda itu.

BACA JUGA:6 Azab ‘Kontan’ di Dunia Jika Tidak Sholat Fardhu!

Cepat-cepat Abu Nawas bergegas mendekati benda itu. Rupanya sebuah cermin. Abu Nawas mengambilnya, tapi Cepat dihempaskan.

"Benda apa itu, dan kenapa kamu buang?" tanya Baginda Raja.

Abu Nawas dengan raut wajah masam menjawab,"Buang saja Baginda . Benda itu sangat jelek." 

Tapi Baginda Raja penasaran.Bersikukuh ingin mengambilnya. 

BACA JUGA:Teh Bunga Telang, Si Ungu yang Kaya Manfaat

"Benda itu jelek. Kalau Paduka tidak percaya silahkan ambil saja sendiri," ujar Abu Nawas. 

Penasaran, Baginda Raja pun memungut benda itu.

"Ini kan cermin Abu Nawas, kenapa kau bilang kalau benda ini sangat jelek?" tanya Baginda Raja tentang benda yang diambilnya.

"Coba perhatikan baik-baik, pasti Paduka akan menemukan kejelekannya," ujar Abu Nawas.

BACA JUGA:1 Jam Perjalanan Jakarta-Pangandaran Bisa Juga Pakai Charter Flight

Baginda Raja menuruti perkataan abu Nawas. Dia  mengamati cermin tapi merasa tidak menemukan kejelekan apa pun. Kecuali hanya bayangan wajahnya sendiri terlihat di dalam cermin.

"Nah, itu sudah tampak jeleknya, ayo lekas dibuang saja bendanya Paduka," ujar Abu Nawas.

"Kurang ajar kamu Abu Nawas!" teriak Baginda Raja sambil tertawa. Dia baru sadar apa yang dimaksud Abu Nawas.

Begitulah Abu Nawas. Kecerdasannya dan kejenakaannya membuat raja selalu menghiburnya.

BACA JUGA:Efek Kulit Berminyak, Komedo dan Jerawat di Wajah Bikin Minder, Sebaiknya Lakukan Ini

Gajah Masuk Lubang Jarum

Suatu hari Baginda Raja tampak murung dan sedih. Para menteri di istana kebingungan Sebab Baginda Raja tidak mau berbagi cerita penyebab murung dan sedihnya.

Baginda Raja sengaja merahasiakan penyebab murung dan sedih dirinya dari orang-orang dekatnya.

Tidak juga bercerita kepada penasihat istana maupun sahabatnya Abu Nawas.

Baginda Raja sebenarnya ingin melupakan masalah yang dialaminya.

Tapi Baginda Raja tetap tidak mampu. Malah semakin gundah gulana perasaannya.

Baginda Raja malah semakin sering tampak melamun seorang diri.

"Maaf Paduka yang mulia, hamba perhatikan belakangan ini Paduka terlihat murung. Hamba khawatir paduka nanti jatuh sakit. Apakah ada sesuatu yang Paduka pikirkan?" tanya penasihat istana karena tidak tega melihat kondisi rajanya,

"Aku baik-baik saja. Sebaiknya kamu urusi saja pekerjaanmu," jawab Baginda Raja.

Penasihat kerajaan pun akhirnya menuruti perintah Baginda Raja. Dia tidak berani bertanya lebih jauh lagi.

Tetapi karena semakin hari kondisi Baginda Raja bertambah parah. Lebih banyak mengurung diri di peraduannya. Sikapnya semakin tertutup seakan masalahnya begitu takut diketahui orang lain.

Hari berganti sikap lebih Baginda Raja pun makin patah. Sampai tidak mau menerima tamu. Tentu hal ini membuat para pejabat istana menjadi sangat khawatir. 

Para menteri istana takut Baginda Raja jatuh sakit. Mereka akhirnya berembug dan mendapatkan keputusan harus menemui Abu Nawas.

Para menteri tahu kalau Abu Nawas sebagai sahabat Baginda Raja selalu memiliki solusi kalau ada masalah.

Baginda Raja juga kalau ke Abu Nawas akan lebih leluasa berbagi masalah. Sebab mereka berdua sahabat yang sangat dekat.

Pergilah beberapa menteri istana mendatangi rumah Abu Nawas. Kedatangan para menteri tentu membuat Abu Nawas sempat terkejut.

Abu Nawas berpikir, kok tidak biasanya yang diutus Baginda Raja menteri. Selama ini yang diutus adalah prajurit istana.

"Ada masalah apa kalian ke rumahku?" tanya Abu Nawas.

"Kami datang atas kemauan sendiri bukan diutus Baginda Raja," jawab mentri-menteri itu.

Kemudian para menteri ini memberi tahu Abu Nawas tentang keadaan yang menimpa Baginda Raja.

Setelah mendengar penjelasan para menteri, Abu Nawas pun menghadap Baginda Raja.

Sesampai di istana dan bertemu Baginda mulailah Abu Nawas berbagi kisah-kisah jenaka. Dia berharap Baginda Raja terhibur dan kembali bisa tertawa.

Harapan Abu Nawas bagai bertepuk sebelah tangan. Baginda Raja tetap terdiam, malah meninggalkan Abu Nawas dan masuk ke kamarnya. Mengurung diri lagi.

Melihat kondisi itu Abu Nawas paham kalau Baginda Raja memiliki masalah sangat berat.

"Aku pulang dulu untuk memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini," Abu Nawas pamit ke para menteri yang merubunginya.

Bagitu tiba di rumah, Abu Nawas terus memikirkan cara terbaik memecahkan masalah ini.

Dasar Abu Nawas orang cerdas. Tidak berapa lama dia memang menemukan ide cemerlang. Dia senyum-senyum sendiri membayangkan efek idenya itu ke Baginda Raja.

Pagi hari bergegas  Abu Nawas pergi ke pasar. Di hadapan orang-orang, Abu Nawas berteriak, "Siapakah di antara kalian yang bisa memasukkan unta ke lubang jarum?"

Orang-orang di pasar tergelak mendengar teriakan Abu Nawas itu. Mereka berpikir lelucon apa lagi yang Abu Nawas lakukan.

Sebab tidak masuk akal unta dimasukan ke lubang jarum. “Dasar Abu Nawas. Ada-ada saja. Mustahil itu,” teriak orang-orang di pasar.

Abu Nawas menjawab dengan berteriak, "Ini mudah kok. Jangankan aku, anak kecil pun bisa melakukannya."

Orang-orang di pasar terdiam. Mulai ragu dengan keyakinannya. Mereka kemudian bertanya lagi ke Abu Nawas.

"Coba kamu tunjukkan kepada kami kalau unta bisa masuk lubang jarum," pinta mereka.

"Ya aku memang bisa. Tapi maaf hanya bisa membuktikannya bila di hadapan Baginda Raja," jawab Abu Nawas. 

Abu Nawas berlalu dari pasar. Dia terus mencari keramaian tempat orang-orang berkumpul. Abu Nawas katakana berulang-ulang tentang kemampuannya memasukan unta ke lubang jarum.

Hebohlah seluruh negeri tentang kemampuan baru Abu Nawas yang tidak masuk akal.

Hingga akhirnya Baginda Raja pun mendengar kehebohan itu. Raja pun merasa aneh tentang Abu Nawas mengaku bisa memasukkan unta ke lubang jarum.

Baginda Raja awalnya tidak begitu peduli. Namun lama-kelamaan timbul juga rasa penasaran pada dirinya. Maka diperintahkanlah beberapa pengawal istana memanggil Abu Nawas.

"Tuan Abu Nawas, Anda diperintah Paduka untuk datang ke istana," ucap seorang prajurit.

"Benarkah?" tanya Abu Nawas memastikan.

"Benar Tuan Abu Nawas," jawab dia.

Abu Nawas girang sekali. Dia senyum-senyum membayangkan pertemuannya dengan Baginda Raja.

"Sekarang bagaimana kondisi Baginda Raja?" tanya Abu Nawas ke prajurit utusan raja.

"Baginda masih sering mengurung diri dan sering tampak termenung," jawab salah satu prajurit.

"Baiklah, aku akan ke sana sekarang," balas Abu Nawas.

Sesampainya di istana Abu Nawas menghadap Baginda Raja.

"Abu Nawas, aku dengar kau bisa memasukkan seekor unta ke lubang jarum. Kau bersedia membuktikannya bila di hadapanku. Benarkah itu?" tanya Baginda Raja.

"Benar Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas.

"Kamu mengada-ada Au Nawas. Itu hal tidak masuk akal. Aku rasa itu perkara yang mustahil," balas Baginda Raja.

"Tidak ada yang mustahil di dunia ini Paduka," jawab Abu Nawas.

"Sekarang coba kau buktikan," perintah Baginda Raja.

"Ini soal muudah Paduka. Super gampang dan anak kecil juga bisa melakukannya,” balas Abu Nawas.

Baginda Raja tampak kesal. “Iya coba segera kamu buktikan!” perintahnya lagi.

Abu Nawas dengan menyakinkan menjawab,”Kita buat jarum dengan lubang yang lebih besar daripada seekor unta. Kalau jarum sudah dibuat kita tinggal memasukkannya dengan mudah," jawab Abu Nawas.

Baginda terlihat agak mangkel mendengar penjelasan Abu Nawas.

"Semua orang pun bisa melakukannya kalau caranya begitu. Berarti kau telah menipu semua orang, termasuk aku," tuding Baginda Raja dengan suara keras.

"Tidak ada hamba bermaksud menipu siapa pun, dan hamba juga tidak pernah menipu Paduka. Hamba juga tidak pernah mengatakan kalau jarum yang hamba maksud adalah jarum kecil," balas Abu Nawas.

“Lalu apa maksud kamu Abu Nawas,” sergah Baginda Raja dengan nada masih tinggi.

Melihat Baginda Raja seperti itu Abu Nawas tersenyum. Lalu berujar,”Tahukah Baginda Raja bahwa ada hikmah dari pernyataan hamba ini," jawab Abu Nawas.

"Kamu bilang ada hikmah? Hikmah dari mana?" tanya Baginda Raja masih nada kesal.

"Bukankah awalnya Baginda Raja tidak percaya kalau hamba bisa memasukkan unta ke lubang jarum. Tapi setelah hamba jelaskan maksud hamba Baginda Raja baru memercayainya," tutur Abu Nawas.

"Nah, ini kiasan atas berbagai permasalahan yang sedang kita hadapi. Sebesar apa pun masalah, sebesar apa pun bebannya sepanjang hati kita lebih besar dan lebih luas saat menghadapinya, maka semua masalah akan terasa lebih kecil dan ringan," papar Abu Nawas.

Baginda Raja terlihat diam dan menyimaknya. Dia minta Abu Nawas menjelaskannya lebih terperinci lagi.

Abu Nawas menjelaskan bahwa seekor unta bila dimasukkan ke lubang jarum mustahil.

Tapi bila hati kita luas dan besar maka pikiran kita juga akan mengikuti dan pada akhirnya masalah yang kita anggap mustahil diatasi menjadi mudah dan ringan untuk dijalani.

“Bagaimana kita akan bisa tenang bila kita menghadapi masalah dengan hati yang sempit," ujar Abu Nawas lirih sambil kontak mata dengan Baginda Raja sahabatnya itu.

Baginda Raja tersentak. Sesaat dia diam merenungi ucapan Abu Nawas. Istana suasannya hening. Para menteri tidak berani berkata-kata.

Melihat semua kondisi itu Abu Nawas senyum-senyum saja.  

Tidak Berapa lama Baginda Raja pun berkata, "Terima kasih Abu Nawas, kau telah menyadarkanku!” ujarnya Baginda Raja.

Baginda lalu bercerita kalau dia sedang dilanda masalah. Baginda membenarkan kalau hatinya sempit menghadapi Masalah itu.

“Selama ini hatiku sempit, membuat pikiranku juga ikut menjadi buntu Karena masalah itu," ujar Baginda Raja tanpa menyebutkan apa masalah yang dia alami.

Berkat nasehat hikmah unta masuk lubang jarum dari Abu Nawas, Baginda Raja kembali terlihat ceria. Tidak lagi terlihat murung seperti hari-hari sebelumnya.

Hikmah kisah Abu Nawas ini, kalau kita mengalami masalah hidup seberat apapun tidak harus membuat sedih. Galau, murung berkepanjangan.

Melainkan setiap masalah harus dihadapi dengan hati yang luas, maka akan tercipta solusi karena pemikiran kita jernih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber